2019 belum mendekati rampung namun musik Indonesia sudah berjalan di atas roda produktivitasnya sejak awal. Dalam hitungan enam bulan pertama, sudah banyak sekali musisi yang merilis karyanya. Mulai dari solois-solois muda yang memperkenalkan jati diri musiknya, musisi-musisi yang mengalami progresi menarik dari album sebelumnya, hingga band-band yang akhirnya kembali berkarya setelah sekian lama tidak berada di radar perilisan. Tak semuanya memang mudah menancap dalam telinga, akan tetapi kebanyakan dari mereka memiliki upaya eksplorasi yang luar biasa.
Untuk itu, berikut adalah 10 album Indonesia terbaik di paruh pertama 2019:
10. Gerald Situmorang & Sri Hanuraga – Meta
Salah satu musisi paling produktif di kancah musik independen Jakarta, Gerald Situmorang, merilis album penuh instrumental bersama pianis andal, Sri Hanuraga. Duo yang tak dapat dibendung dalam upaya penjajakan aransemen yang lebih maju. Mereka berhasil merangkumnya ke dalam sebelas lagu di album ini. Gerald bersama Aga tak sungkan mendobrak batas konstruksi lagu yang cenderung manis. Tak jarang, asupan-asupan aransemen keduanya pun membuahkan nuansa yang gelap, seperti di lagu Hyperreality, Cornucopic, maupun Thrown Words. Ada pun lagu-lagu menenangkan hati yang sangat bersahabat seperti Rintik Hujan dan Perjalanan Menuju Kesana, sebagai satu-satunya lagu dengan asupan vokal dari penyanyi Ify Alyssa.
9. Zigi Zaga – Psycho Mob
Empat tahun setelah pertama kali terbentuk, band rock ibu kota, Zigi Zaga, akhirnya memperkenalkan album debut perdananya yang diberi tajuk Psycho Mob. Album berisikan sebelas lagu ini membawa spektrum musik rock yang sangat luas; Dari era 60-an sampai 2000-an yang meliputi blues, punk rock, rock progresif, grunge, lo-fi, hingga sentuhan cetak biru rock Indonesia lama. Keragaman musik di album ini tidak hanya melulu soal kegarangan dan kecepatan, karena Psycho Mob juga membawa kenakalan “mop top” di hingga melankolis rock 90-an. Album yang begitu referensial untuk didengar.
8. Mooner – O.M.
Terpampang jelas dari judulnya, album kedua dari band rock asal Bandung ini mengusung orkes moral sebagai formula musik terbarunya. O.M. dibuka oleh lagu Indo yang dibangun dengan pendekatan Hindustani dan dangdut yang kemudian gitaris Absar, pemain bas Rekti, dan drummer Tama perlahan namun pasti melakukan interupsi rock, dan vokalis Marshella memulai menyanyikan single Kelana. Selain lagu-lagu dengan nuansa dangdut yang kuat semacam Menenggala, Kama, hingga Aram, Mooner juga membawa bendera psikedelia rock yang mumpuni, salah duanya ada di Bahala dan Ilat. Segala eksplorasinya dibungkus apik dengan tata suara yang begitu kasar namun mewah, pemilihan karakter suara yang seratus persen jitu.
7. KimoKal – Aries
Album yang glamor, lahir dengan payung cahaya malam kota metropolitan, mengisahkan piluh kehidupan para remajanya. Aries memiliki daya tarik penggabungan lekuk vokal Kallula yang melankolis dengan lapisan aransemen yang dibangun Kimo Rizky dari pondasi deep house. Lagu-lagunya seperti
Are You There?, Just Like You, hingga Wanderlust dapat berfungsi sebagai tembang nyanyian hikmat sekaligus pengiring lantai dansa yang berlinang lampu berkilau. Di dalam album ini, KimoKal turut melibatkan Neonomora di lagu One dan Mantra Vutura di Dawn Blue, pemilihan kolaborator yang teliti dan tepat guna untuk memperkaya nuansa masing-masing lagu.
6. Andrea Turk – Andrea Turk
Salah satu album debut terbaik yang lahir di semester pertama 2019. Musik-musik Andrea Turk memiliki warna RnB yang modern, nuansa ballad yang menyentuh, hingga eksplorasi akan sisi world music. Meski begitu, satu hal yang menjadi keunggulan album ini adalah gaya vokal pop Andrea yang mudah sekali diserap dan familiar untuk diputar menjadi hits di stasiun-stasiun radio. Silahkan disimak Who We Are, Gigantic, Outsider, Nothing About You, maupun Garden untuk mudah menyadari bahwa Andrea memiliki jalan panjang di musik pop Indonesia yang menarik untuk diikuti.
5. Barasuara – Pikiran dan Perjalanan
Sebuah album lanjutan yang menjadi bukti nyata bahwa cetak biru musik Barasuara sudah terbentuk matang sedari hari pertama mereka berdiri. Anda dapat menemukan benang merah antara Pikiran dan Perjalanan dengan Taifun (2015); musik rock yang canggung, kaya akan eksplorasi nada dan aransemen, juga tempaan produksi musik kelas wahid. Untuk urusan lirik, Iga Massardi selaku pihak yang paling bertanggung jawab, menggapai tema yang beragam. Seribu Racun berkisah tentang perjuangan melawan diri sendiri, Pikiran dan Perjalanan mencoba melawan tekanan sosial, Pancarona adalah tembang untuk berpegang teguh akan harapan, sedangkan Guna Manusia mengangkat isu sosial.
4. Elephant Kind – The Greatest Ever
Album penuh kedua dari trio indie rock asal Jakarta, Elephant Kind, yang digarap dengan kemurnian akan ketulusan bermusik. The Greatest Ever adalah penggabungan dari warna-warna musik Elephant Kind yang sudah tercipta lewat karya-karya sebelumnya. Mereka berhasil membawa kisah yang membangun hingga hati terharu. Nomor-nomor semacam One, Pleaser, I Believe in You, Sour, hingga Better Days akan mudah menjadi favorit bagi para penggemar Elephant Kind. Khusus untuk lagu terakhir yang disebutkan, lagu ini mengalir dengan elok dengan asupan tambahan dari vokal Heidi (The Girl with the Hair) sebagai titik klimaksnya. Energi ketiga personel ditempatkan dengan sangat baik di The Greatest Ever.
3. Vira Talisa – Primavera
Primavera adalah lompatan musik yang luar biasa dari Vira Talisa. Album ini mengingatkan kita akan era gemilang musik pop tanah air yang diramaikan oleh Guruh Soekarno Putra, Chaseiro, dan Fariz RM yang kemudian diharumkan nuansanya oleh White Shoes & The Couples Company, Mondo Gascaro, dan SORE. Primavera, Janji Wibawa, hingga Bunga terlahir dengan begitu sadik tanpa terasa upaya menyalin ulang referensinya dengan gamblang. Tongkat estafet musik pop Indonesia berada di tangan musisi-musisi yang tepat. Melalui Primavera, Vira Talisa berhasil menjadi salah satunya.
2. The Adams – Agterplaas
Album kedua The Adams yang dieksplorasi di atas dasar kesederhanaan namun menyegarkan. Lagu-lagu Agterplaas memberikan jeda instrumen yang dibiarkan mengalir dan melahirkan jiwanya sendiri. Para personelnya, yang kini sama-sama bertugas menjadi vokalis, menciptakan harmoni nyanyian yang diperlakukan dengan sangat istimewa. Setelah Konservatif, Hanya Kau, Waiting, Halo Beni, serta hits-hits The Adams yang dipaksa menguap selama tiga belas tahun, para penggemar kini mendapat tembang jagoan anyar semacam Masa-masa, Pelantur, Dalam Doa, maupun Timur. Penantian panjang yang terbayar dengan layak.
1. Polka Wars – Bani Bumi
Di tengah kebiasaan para pendengar musik era digital yang fluktuatif, Polka Wars justru tak sungkan untuk menggarap album Bani Bumi dengan konsep pengalaman yang penuh dan perulangan. Album kedua dari band indie rock asal Jakarta ini mengambil arah yang benar-benar berbeda. Kini, Polka Wars melakukan persembahan untuk kejayaan pop rock Indonesia era 90-an yang terdengar jelas di lagu-lagu semacam Fatamorgana, Suar, maupun Tirai. Bani Bumi pun menjadi wahana baru bagi para personel Polka Wars dalam memperkenalkan gaya penulisan lirik mereka; Terdapat pendekatan yang lebih puitis, gamblang, maupun penuh dengan metafora. Album ini adalah langkah besar pendewasaan bermusik dari Polka Wars, energi ambisius yang ditempa dengan sangat baik.
Penulis: Pramedya Nataprawira
Editor: Fik