CLASIFIED ARTS | ARTIST & ARTWORK | 06 Agustus 2019

10 Single Indonesia Terbaik Paruh Pertama 2019

Lagu-lagu Indonesia yang dirilis lepasan tanpa atau belum tergabung dalam album

Paruh pertama 2019 telah dibanjiri karya-karya baru dari musisi tanah air. Kebanyakan dari mereka lebih dulu merilisnya dalam format single, di mana berfungsi sebagai perkenalan pertama terhadap karakter musiknya maupun menjadi jembatan kepada album berikutnya. Lewat kacamata tren layanan musik digital, manuver ini sejatinya baik dilakukan agar para pendengar musik mendapat kesempatan secara bertahap untuk memahami dan kemudian menaruh perhatian terhadap sang musisi.

Single-single ini berdatangan dari banyak lapisan penciptanya, mulai dari para solois muda yang seakan berlomba-lomba merilis karyanya hingga para pemain lama yang menyajikan tingkat kematangan berkarya yang luar biasa. Untuk itu, berikut adalah 10 single Indonesia terbaik yang tanpa atau belum tergabung dalam album di paruh pertama 2019: 

10. Rich Brian – Yellow

Sang bintang rap ibu kota melangkah ke tingkat selanjutnya dalam urusan penciptaan. Suara beratnya dalam meluncurkan sajak dan rima, kini terasa lebih masak sekaligus penuh emosi dalam menyampaikan makna lagunya. Dalam penggarapan Yellow, Brian bekerja sama dengan Bekon, produser yang turut berperan dalam kesuksesan album DAMN milik Kendrick Lamar. Lagu ini merupakan pembuktian dari Brian bahwa memenangkan pertandingan melawan dunia adalah sesuatu yang memungkinkan. “I did it all without no citizenship. To show the whole world you just got to imagine” 

9. Scaller – North Star

Setelah mencuri perhatian lewat album penuh Senses di 2017 silam, duo math-rock muda Jakarta kembali hadir lewat single North Star. Lagu ini selayaknya sebuah perjalanan dengan banyaknya dinamika di setiap situasinya; mulai dari proses pencarian, keadaan yang mengawang, hingga langkah yang berani. Semua itu dibangun oleh lapisan aransemen yang silih berganti dari isian gitar Reney Karamoy dan muatan synthesizer Stella Gareth. Nyawa dari North Star seakan memiliki berbagai dimensi. 

8. Kurosuke, Kitten Dust – Velvet

Tembang-tembang city pop yang rilis di Indonesia belakangan ini, salah satunya datang dari proyek solo personel Anomalyst, Christianto Ario Wibowo, yang diberi nama Kurosuke. Velvet mengalir dengan format duet. Kurosuke berpasangan dengan Fathia Izzati atau Kittendust selaku vokalis dari Reality Club. Lagu ini mengisahkan tentang kasih tak mengenal situasi. “Ooh, I love you so. I love you so. Even when you lose your happy glow. Your happy glow. ‘Cause I’ll love you forever”. Lagunya sederhana dan rupawan di waktu yang bersamaan. 

7. Maliq & D’Essentials – Senja Teduh Pelita

Sebuah lagu yang memiliki kelarasan rasa damai antara aransemen dengan lirik di dalamnya. Senja Teduh Pelita mengisahkan tentang kinerja alam semesta yang berdampak kepada manusia yang saling membutuhkan. “Dunia di kala senja teduh pelita. Bertemu dalam ruang rindunya. Langit biru jadi jingga. Bawa pesan untuk kita. Silahkan bersatu. Dunia merestu,” lirik lagu seharmoni ini dikisahkan dengan formula musik yang terjamin dari Maliq & D’Essentials dengan penambahan sentuhan ala city pop

6.  Aya Anjani – Mutual

Ketika mendengarkan lagu ini, Anda akan merasakan ada sisi eksplorasi yang liar di tengah ruang ketenangan, pengalaman yang serupa ketika mendalami salah satu album terbaik tanah air berjudul Jurang Pemisah (1977) ciptaan mendiang Yockie Suryoprayogo. Lirik Mutual begitu lugas namun tak terdengar murah. Penempatannya pun sangat lentur beradaptasi dengan nada lagunya. “Perjuangkan pada hal yang selalu kita percaya. Bersinarlah wahai sayang.” Sangat menarik Jika lagu ini menjadi pendekatan baru dari penciptaan musik Aya selanjutnya. 

5. Matter Mos, Dipha Barus – Woosah

Dipha Barus kembali menunjukkan tajinya sebagai jajaran teratas dalam daftar produser sekaligus DJ terbaik Indonesia. Kini, ia bekerja sama dengan rapper Matter Mos meluncurkan single Woosah, sebuah rekonstruksi baru yang dibangun dari nomor Dunia di Batas Senja (1981) ciptaan musisi legendaris Candra Darusman. Woosah dimotori oleh spirit positif dengan asupan gospel sebagai tombaknya. Sajak dan rima Matter Mos dimuat ke dalam plot ala lagu pop konvensional dengan sangat baik, mengalir tanpa kederasan namun tidak membosankan. 

4. Reality Club – Telenovia

Terdapat dua elemen yang paling mendonorkan perannya kepada nyawa Telenovia, riff gitar dan bagian string-nya. Lagu ini, yang merupakan single pertama setelah album debut Never Get Better (2017), mengisahkan tentang sisi gelap dari sebuah kisah cinta satu pasangan. Setiap penyampaian liriknya didukung dengan sangat baik oleh aransemen di baliknya, membuat Telenovia berhasil menjadi lagu yang dapat menghidupkan sebuah cerita. Ada pun lagu ini memiliki format video musik yang memvisualisasikan dengan baik kisahnya. Telenovia disampaikan dengan paket yang lengkap. 

3. Hello Benji and the Cobra – Ku Datang Kembali

Karya terbaru dari mutiara rock psikedelika asal Medan ini adalah lanjutan dari single lepasan sebelumnya berjudul Anak Mud dan “Kerinduan dalam Pesona Lama. Ku Datang Kembali membawa euforia musik 70-an dengan pemakaian formula gitar funk yang nakal juga aransemen brass yang membuat meriah. Liriknya diluncurkan tanpa prentensi apapun selain merayakan sebuah momen bahagia. Hello Benji and the Cobra menyalurkan energi rock tulen dan cita rasa bersenang-senang yang kita butuhkan hari ini. 

2. Heidi (The Girl with the Hair) – As Long As

As Long As adalah sebuah tembang folk pop manis, menyuarakan situasi standarisasi kedudukan perempuan yang berkecimpung di industri musik. Liriknya dibuka oleh Heidi (The Girl with the Hair) dengan pendekatan metafora, “Let me read, let me be. Let me grow into a tree. I’m so sick of being sieged. They bury me I can’t grow my leave”, hingga cara yang sangat jelas seperti, “They said, ‘You’re just a girl with the guitar. Poor kid, you ain’t going far’. But just let me be me.” As Long As merangkul keraguan dengan cara yang paling hangat dan bersahabat. 

1. Morgue Vanguard – Kontra Muerta

Status Herry Sutresna a.k.a Morgue Vanguard sebagai salah satu penulis lirik sekaligus MC terbaik tanah air memang tak terelakkan. Gayanya yang referensial membuat karya-karya yang ia ciptakan selayaknya kamus tebal peristiwa. Khusus di Kontra Muerta, Morgue Vanguard menembakkan peluru sajak dan rimanya dengan beberapa sandi seperti “Chairil menulis syair”, “Tafsir graffiti Phase Two dan Zephyr”, hingga “Hirup kina Harry Roesli saat menulis ‘Malaria’”. Pucuk klimaksnya datang ketika adanya pembacaan puisi dengan cara yang paling berapi-api. “Niscaya terbungkam, tapi tidak hari ini!” Semua ini dipersembahkan untuk mendiang Wahyu Permana (eks-Balcony) dan Ginan Koesmayadi (eks-Jeruji) yang kerap menyuarakan perjuangan lewat spirit hardcore punk.

 

Penulis: Pramedya Nataprawira

Editor: Fik


Photography By : Istimewa

TAGGED :
Please wait...