CLASIFIED MUSIC | ORIGINS | 30 Oktober 2019

Anda dalam Pelukan Shiva

Melihat lebih dekat sosok Anda yang karyanya tidak bisa dipandang sebelah mata. Latar belakang dan perjalanan bermusiknya layak diapresiasi dengan tinggi.

Menuju sepertiga malam di pemukiman padat Cirendeu, Tangerang Selatan di mana alamat rumah gerah itu terdaftar, langit berkibar dengan bulan sabit yang tampak seperti senyum tanpa kepala. Penduduk di sana kebanyakan adalah orang Jakarta kelas menengah yang terpaksa menepi ke pinggiran karena harga tanahnya masih terjangkau, sementara setiap hari mereka harus bekerja keras supaya algojo-algojo Ambon berhenti nangkring di depan pagar. Nafsu material mereka berdiri sejajar dengan tingkat sosial dan penghasilan: rumah 3 kamar yang mesra dengan seorang istri dan dua anak yang menikmati keringat bapaknya, motor ‘matic, Avanza serta kuota internet yang cukup menghibur keluarga kecil yang jarang diberi liburan keluar kota.

Sehingga keluhan terbesar penduduk Cirendeu selain kemacetan daerah urban mungkin tinggal dua: yaitu nyamuk-nyamuk ganas Ciputat yang menyebar telurnya di got-got mampet dan suhu udara pengap. Cirendeu beredar setiap harinya dalam temperatur 34 derajat celcius – turun sampai 26 derajat celcius saat malam. Sebenarnya sama dengan suhu di Jakarta dan Banten sekitaran, bedanya angin tidak banyak bertiup di Cirendeu. Jarak kecepatan tiupnya lemah hanya 6 km/jam, dengan tingkat kelembapan udara 76%, yang berarti lengket dan berkeringat.

Anda Perdana, sang pemilik rumah, menggunakan momen jeda bunyi tokek untuk minum dari tokipan air mineral yang isinya telah disubstitusi dengan Intisari. Genangan di dalamnya tinggal bersisa setengah. Kemudian menawarkan botolnya ke dua tamunya sebagai Coca Cola. Masing-masing tamu menenggaknya sekali, rasanya seperti obat puyer.

Sayup-sayup terdengar senandung kebapakan Eddie Vedder menyanyikan lagu yang bijaksana di aux stereo. Suara yang sukses mengutuk selera pribadi Anda tak bisa pergi ke mana-mana. Produk kelam zaman peralihan, 1996, bersama nasib generasi suntik yang murung. Anda mengeraskan tombol volume dari ponselnya, menenggelamkan bunyi tokek yang perlahan-lahan memudar. Lalu membuka mulutnya kembali, menyambung kalimat yang sebelumnya terputus.

“Memang dulu ada alasan filosofis supaya energi menyatu dengan tanah, cuma lama kelamaan . . .” dia berhenti untuk berpikir sejenak, “kadang-kadang kalau manggung pake sendal atau sepatu berasa ada injekan yang kebas, kayak ‘ini udah keinjek belum, ya?’ Tapi pada dasarnya itu masalah kebiasaan aja, bro. Buat rasa percaya diri gue.”

Anda adalah seorang psikonaut sejati, spiritual hippie, troubadour alami. Jiwanya telah diserahkan pada alam. Di ruang tengah rumah itu dia membicarakan dimensi, bahwa dimensi yang tengah dilaluinya saat ini adalah madness, benang tipis yang memisahkan antara imaji dan realita. Seperti cinta dan benci, di tengahnya pasti terselip kegilaan.

Seorang pecinta rela membunuh kekasihnya karena membenci. Atau dalam kasus yang lebih eksistensial, sebenci-bencinya kita terhadap diri sendiri dalam dimensi khayal, tidak akan tega kita membunuhnya ketika berhasil balik ke dimensi nyata. Kecuali kita gagal dan tersesat dan tidak mengerti jalan kembali.  

Anda menggali kegilaan itu di Alam De Javu. Tempatnya biasa bermain dengan mimpi-mimpinya. Terbang ke manapun dia suka atau tenggelam sedalam apapun dia bisa. Dari sana dunia terlihat sangat dekat padahal jauh, terpisahkan secara rancu oleh bias fantasi. Tidak jarang juga Anda gagal melihatnya dengan baik, tidak bisa membedakan apa, siapa dan di mana dia tengah berada atau bisa dikatakan, tersesat.

“Permasalahannya,” kata Anda sambil menjentikkan abu kreteknya di asbak, “mending yang bagus, kebanyakannya gue sering dapet yang jelek. Ngerti gak, elo?”

Tidak ada jawaban dari dua orang tamunya; satu menodong rekorder, yang satu lagi menyorot lensa. Aux telah berganti ke Oasis – Talk Tonight, dan Anda menahan suaranya sepersekian detik guna memikirkan kalimat penjelasan berikutnya.

“Mimpi-mimpi yang bagus itu cuma bagian ekstranya aja, bro, selebihnya jelek. Dan gue udah paling takut kalau kayak begitu. Karena gue berasanya mimpi tapi tiba-tiba kejadian di dunia nyata. Apek, man,” cetus Anda.

Situasi tersebut terang saja sering menempatkannya pada posisi sulit. Anda mengakui dirinya adalah seorang pemimpi alami, dalam artian tidak perlu dicari: mimpi yang akan mendatanginya setiap hari. Sejak dulu dia paling sering dihampiri mimpi tentang terbang – di dalam mimpinya dia hanya bisa terbang makin tinggi jika menggunakan gaya renang katak.

Absurd memang, tapi bukan mimpi namanya kalau tidak absurd. Sekali waktu kecil pernah dia mengalami lucid dream: setengah sadar mampu mengendalikan mimpi: terbang cukup jauh dengan gaya katak, tentu saja, sebelum akhirnya terjerembab jatuh menimpa penyanyi Bonita, adiknya yang tidur sekamar dengannya, setelah melihat dan menyadari keduanya tengah terlelap di sana.

Sampai sekarang mimpi-mimpi semacam itu masih sering muncul. Celakanya, terkadang bukan cuma sekadar bunga tidur, tapi sering kali bertindak sebagai peringatan terhadap bahaya, yang sebenarnya tidak juga bisa dicegahnya. Dirinya menjadi perantara di tengah kejadian sebab dan akibat.

Diakuinya hal yang paling mengerikan adalah ketika mimpi-mimpinya telah menyertakan detail seperti nama, tempat, alamat, atau bahkan sampai muka-muka orang yang lewat. Dan kemudian tanpa sempat disadari semuanya tiba-tiba sudah berwujud nyata, persis dan presisi seperti menonton adegan tabrakan mobil dalam gerak lambat tapi tak bisa melakukan apa-apa.

Anda bergidik.

Tamunya si penodong rekorder mengambil kesempatan. “Elo merasa mimpi-mimpi itu beneran terjadi atau mungkin . . . maksud gue, apa jangan-jangan elo sedang tersesat?”

“Susahnya adalah, sesatnya kita yang cari, man. Dan mungkin gue merasa kalau elo-elo orang juga akan mencari itu cuma untuk . . . enggak tahu apakah itu adrenalin, ataupun untuk mencari tahu siapa diri elo sendiri yang sebenarnya, atau untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara yang baru. Gue enggak tahu. Tapi elo enggak akan selalu mengambil cara yang sudah pernah diambil orang lain, kan?”    

Itu baru namanya ego manusia yang bersuara. Di dalam diri Anda yang bersemayam adalah ego seorang seniman. Jadi itu perpaduan yang keras kepala. Kebutuhannya untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari orang lain, tentu saja harus melibatkan proses yang berbeda pula, yaitu jalan sesat serta kesedihan dan pertanyaan sebelum berbuah menjadi melodi yang indah. Terbentur lalu terbentuk, layaknya bajingan terkutuk. Kemudian dia mengisahkan satu cerita lama dari era album ketiga Bunga yang hancur-hancuran sebagai contoh.

Sekitar tahun 2005 semua orang tengah berjuang dengan kecanduannya masing-masing, tapi Tony Vialy yang paling parah sampai harus dikirim ke panti rehab. Sialnya Bunga sedang terikat kontrak rekaman dan harus segera merilis album berikutnya – mereka sudah absen selama 6 tahun, dan dengan vokalis yang tidak berdaya, mau tidak mau demi alasan praktis cuma Anda yang paling pantas menggantikan.

Saat itu nama Anda sebagai seorang solis lebih besar gaungnya dibanding sebagai gitaris Bunga. Dia masih tenar berkat tembang Tentang Seseorang untuk  Ada Apa Dengan Cinta? dan suaranya ada di mana-mana seiring meledaknya film remaja itu. Tapi dalam kondisinya ketika itu, tetap, Anda bukanlah pecandu yang lebih baik dari Tony Vialy.

“Gue sudah tulis lirik untuk dua lagu dari total delapan. Tapi habis itu gue macet sampai 8 bulan. Semua musik sudah jadi, tinggal vokal dan lirik. Sampai akhirnya harus kejadian rumah ini digerebek polisi karena enggak tahu apa yang mau gue omongin. Maksudnya adalah, mungkin ini agak tolol, tapi paling tidak harus ada ‘omongan’ baru untuk gue bisa menulis lagu. Setelah kasus itu kelar, gue langsung lancar selancar-lancarnya bikin lirik. Gue jadi punya omongan baru, jadi tahu konsepnya.”

Bunga hiatus setelah album yang bertajuk 3 terbit pada tahun 2006. Tekad Anda selanjutnya adalah menghapus imej penyanyi Tentang Seseorang. “Itu lagu yang bagus, tapi bukan gue yang bikin,” cetus Anda. Alibi yang sangat masuk akal buat Anda, penulis lagu yang menolak jalan dengan apa yang sudah pernah ditempuh orang lain. Waktu Anto Hoed & Melly Goeslaw menawari lagu itu, jujur Anda cuma butuh duitnya. Dia melacur dan tidak pernah nyaman membawakannya di atas panggung. Pada beberapa kesempatan, bahkan menolak memainkan.

Sekarang ketika lebih banyak hal sudah bisa diterimanya dibanding 15 tahun silam, termasuk kenyataan kalau dirinya besar berkat karya ciptaan orang lain, Anda mengakui apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap lagu tersebut.  “Walaupun dapet royalti yang OK, sayangnya gue enggak siap sama semua kesuksesan. Gue bukan enggak suka sama lagunya, tapi keadaannya. Dan jadi tolol, orang-orang mulai terus-terusan minta gue bikin lagu yang kayak begitu. Anjing.”

Dia memaki tapi kemudian mengiringinya dengan tawa beler yang kepingannya dapat diserap oleh gerah yang menyergap. Entah sejak kapan tidak ada pendingin udara di dalam rumahnya. Anda pertama kali pindah ke Rumah Cirendeu pada tahun 2000 dan langsung menjadikannya markas tongkrongan.

Tersedia dua kamar tidur yang boleh ditinggali anak-anak dengan perjanjian bayar listrik bareng. Meski ujung-ujungnya hal itu jarang terjadi. Anda lalu menggunakan duit royalti AADC untuk menambah beberapa bangunan rumah. Kemudian datanglah peristiwa kekerasan – yang tidak diizinkannya ditulis di sini – yang membuat Anda harus merelokasi dirinya ke Bali selama 4 tahun terakhir, meninggalkan Cirendeu sebagai tempat singgah kalau pulang kampung.

Beberapa lagu terbaiknya diciptakan di rumah itu. Psychedelia” salah satunya, dari album In Medio. Anda tidak mengelak liriknya berasal dari ilham lagu Beatles, Lucy In The Sky With Diamond: bila Lennon membayangkan dirinya berperahu di bawah langit jeruk, Anda terbang bersama lilitan cahaya dan kupu-kupu awan ungu.

Sekilas tampak pengalaman mimpi LSD yang dituangkan menjadi sebuah lagu dengan lilin bintang, payung matahari, dan nafas Tuhan sebagai panorama, namun seperti dikatakan Anda, lagu itu datang secara tiba-tiba di benaknya. Dia mabuk saat menulisnya, tentu saja, tapi lupa mabuk apa, dan Lucy Si Gadis Kaleidoskop-nya Lennon bagi Anda adalah seorang perempuan belahan jiwanya yang selalu menjelma dan menggoda alam sadar maupun bawah sadarnya.

“Itu lagu cinta, man,” ujarnya.

Menyangkut hal tersebut, Anda mengatakan semua lagu In Medio ditulisnya hanya untuk satu perempuan sumber inspirasi terbesarnya selama ini. Katanya, “Dia selalu jadi muse gue. Gue selalu ngebayangin dia, warna-warna yang kami berdua suka ataupun kejadian yang enggak pernah terjadi. Saat itu gue dan dia sama-sama kawin dengan orang lain, tapi enggak tahu kenapa ujungnya selalu balik ke dia lagi, dia lagi,” lanjutnya.

Sama juga dengan Biru, lagu haru berisi tarian tuts piano dan vokal Anda yang hanyut melolong dan meraung di belakang ensambel ganjil parade jazz. Kelihatan di situ karakter kuat Anda dalam melebur emosi. Menunjukkan betapa dalamnya dia menyerahkan diri ke pelukan hasrat asmara yang gagal.

Lagu tersebut istimewa bukan hanya karena melodi dasarnya sudah enak – bakat Anda menciptakan pop gelap boleh disejajarkan dengan Suar Nasution versi gamang depressant – tapi coba lihat para musisi yang ikut merekamnya: Aksan Sjuman di drum, Donny Soendjojo memetik kontra, Ali Akbar pada piano akustik dan Indra Lesmana di Hammond serta penyanyi latar Mian Meuthia. Jadi tidak perlu heran jika komposisi musiknya mampu mencapai titik adiwarna yang luhung.

Soal lirik yang puitis, Anda secara tidak puitis mengatakan kalau itu cuma gombal-gombalannya saja, tidak cukup filosofis apalagi punya referensi khusus, kecuali rintihan jiwanya kala itu. Semua kata dan rima berpotensi digunakan selama bisa enak digumamkan. Ari Lesmana pernah mendapat jawaban yang mengecewakan ketika penyanyi Fourtwenty itu – sebagai kawan & fans, meminta penjelasan lebih lanjut tentang lagu Asmara Sendu, seperti coba ditirukan kembali oleh Anda.

“Enggak jelas, bro. Gue enggak tahu dapetnya bagaimana dan enggak bisa juga menceritakan secara detailnya. Itu semua gue dapet memang udah begitu. Serba kebetulan. Enggak ada hal apapun di balik sesuatu. Kenapa harus ‘takdir dunia ungu’? Ya gue tolol aja, karena gue cuma doyan warna ungu. Enggak ada yang lebih dari apapun itu.”

Satu sisi Anda yang tak bisa dipungkiri adalah dia seorang bajingan romantik yang terkutuk. Lubang di hatinya ditabur cuka.

 

Penulis: Rio Tantomo

 

Editor: Fik.


Photography By : Decky Arrizal

Please wait...