CLASIFIED CULTURE | JOURNEY | 17 Agustus 2019

Budaya Zero Waste yang Bukan Sekadar Tren

Penggunaan plastik harus segera dihentikan. Sebelum laut penuh plastik lalu sampahnya kembali ke meja makan kita

Pada Maret 2018, nama Indonesia mengemuka di dunia karena sebuah video yang viral. Sayangnya video tersebut tidak mengemukakan indahnya alam Indonesia, melainkan lautan sampah yang berada di laut Bali.

Rich Horner, penyelam asal Inggris, menguggah video saat ia menyelam di Manta Point, Nusa Penida, Bali. Bukan hanya ikan atau terumbu karang yang bertebaran, melainkan juga sampah plastik seperti botol minum kemasan, kemasan sachet, kantung plastik, dan masih banyak lainnya.

Tidak lama dari itu, berita-berita matinya ikan paus yang mati karena menelan piluhan kilogram sampah plastik bermunculan. Salah satunya, paus Sperma yang mati dan terdampar di Wakatobi dengan 5,9 kilogram sampah plastik di perutnya. Sampah tersebut terdiri dari kantong plastik, botol plastik, sandal jepit, tali rafia, hingga gelas-gelas plastik.

 

Indonesia menempati posisi kedua

Masalah plastik adalah masalah dunia. Mirisnya, Indonesia adalah negara penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 setelah Tiongkok. Dikutip dari CNBC, penelitian Jenna R. Jambeck dari University of Georgia menunjukkan Indonesia menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.

Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi, mengatakan bahwa sampah plastik yang berakhir di lautan berpotensi merusak keseimbangan eksositem di laut. Sampah-sampah ini tidak cukup dihilangkan dengan daur ulang, tetapi pengurangan adalah kuncinya. Agar pengurangan sampah ini terwujud, semua orang harus berperan aktif.

 

Aksi mengurangi sampah plastik

Tren gaya hidup zero waste saat ini sedang dalam sorotan. Gerakannya zero waste di Indonesia sendiri baru diusung pada pertengahan 2018 lalu. Meski namanya “zero”, bukan berarti “nol” sampah, tetapi mengurangi penggunaan produk yang menghasilkan sampah. Caranya, menolak penggunaan bahan-bahan yang sulit terurai, tidak ramah lingkungan, dan produk sekali pakai.

Contoh mudahnya adalah menggunakan kantong belanja yang bisa dipakai berulang kali, membeli barang dengan kemasan besar daripada sachet untuk mengurangi sampah, menolak sedotan plastik atau menggantinya dengan bahan stainless atau bambu, hingga membawa wadah sendiri saat berbelanja makanan.

Gede Robi Suprayanto, vokalis band Navicula, sudah menerapkan gaya hidup ini sejak lama. Misalnya, ia menyaring air abu ibadah dengan penyaring air sederhana agar tidak mencemari selokan di depan rumah, mengelola sampah organik menjadi kompos, mengurangi pengunaan kosmetik dan deterjen berbahan kimia, dan rutin kampanye peduli lingkungan melalui bandnya.

 

Kampanye lingkungan melalui seni

Musik adalah bahasa universal yang memiliki kekuatan emosional yang bisa membangkitkan semangat pendengarnya. Selain teori di bangku sekolah atau iklan kampanye peduli lingkungan di televisi, kampanye lingkungan bisa disuarakan melalui musik.

Navicula adalah salah satu band yang konsisten membahas isu lingkungan selama 23 tahun. Band rock asal Bali ini merasa isu lingkungan hidup adalah masalah yang vital dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Oleh karena itu, penting untuk menyebarkan kesadaran positif mengenai isu lingkungan ini. Mereka juga percaya bahwa melalui seni, Navicual bisa menebar benih perubahan.

Album terakhir Navicula yaitu Earthship (2018) mengangkat isu sosial dan lingkungan. Artwork album tersebut merupakan susunan gambar penyu, terumbu karang, bunga, dan jantung sehingga menyerupai seorang ibu yang sedang menyusui. Ini merupakan simbol dari ibu pertiwi.

Agar jangkauannya lebih luas, Robi melakukan kampanye lingkungan melalui film dokumenter Pulau Plastik. Film yang dirilis tahun 2019 ini memiliki latar belakang Bali yang sudah tercemar plastik. Ia berharap Pulau Plastik dapat meningkatkan kepedulian masyarakat pada lingkungan agar tercipta lingkungan yang ideal untuk anak dan cucu nantinya.

 

Penulis: Nia Janiar

Editor: Fik


Photography By : Freepik

TAGGED :
Please wait...