CLASIFIED MUSIC | ORIGINS | 13 Agustus 2019

Eksperimen Hybrid Pop Punk a la 20 Miles Marathon

Cepat, bising namun harmonis. Tiga kata itu mungkin cukup tepat untuk menggambarkan musik yang diracik oleh band pop punk asal Jogja,

 

Cepat, bising namun harmonis. Tiga kata itu mungkin cukup tepat untuk menggambarkan musik yang diracik oleh band pop punk asal Jogja, 20 Miles Marathon. Kuartet yang terbentuk Februari 2018 ini menyajikan sinkronisasi permainan dua gitar yang berpadu dengan vokal melengking dan gebukan drum yang cepat. Mendengarkan lagu-lagu yang mereka bawakan seakan mengajak kita untuk terus melompat, bergerak kesana-kemari sesuai dengan tempo permainan drum.

Band pop punk yang beranggotakan Novalio (gitar), Agil (bass+vokal), Mamat (gitar+vokal), Ando (drum) ini bereksperimen menggabungkan beberapa influence dalam musik yang mereka bawakan. Masih dalam koridor pop punk, Band yang mengambil nama sesuai jarak tempuh domisili tiap personel ke studio latihan mereka ini mencoba memadukan nuansa musik yang ditawarkan band-band asal Jepang, Amerika Serikat dan tentunya Indonesia.

“Kaalau untuk musiknya sendiri itu kita ngambil beberapa nuansa musik. Ada nuansa Jepang, ada nuansa western-nya (Amerika Serikat), ada nuansa Indonesianya gitu. Kalo Jepang itu paling ada (pengaruh) Dustbox, Hi-Standrad, sama Shank. Kalo western ya band-band skate punk gitu. Sama kalo Indonesia ya dari medog-nya,” ujar Novalio, gitaris 20 Miles Marathon, saat ditanya soal proses kreatif mereka ketika membentuk nuansa musik yang ingin dibawakan.

Soal genre musik, 20 Miles Marathon sepakat menyebut warna musik mereka hybrid pop punk. Mengapa hybrid? Karena musik yang mereka mainkan lahir atas pengaruh beragam musisi yang kerap mereka dengarkan. Nuansa musik yang dibentuk merupakan persilangan berbagai kultur dan ciri khas dari kiblat musik tiap-tiap personilnya. Setiap selera personil kemudian diracik sedemikian rupa sehingga muncullah alunan musik hybrid pop punk yang cepat, bising dan harmonis a la 20 Miles Marathon.

20 Miles Marathon mantap mengusung hybrid pop punk karena karena tak ingin terpaku hanya pada satu genre atau nuansa musik saja. Mereka ingin musik yang nantinya mereka hantarkan tidak terkesan membosankan karena terdengar monoton. Justru keingin terbesar mereka adalah menghadirkan sebuah warna musik yang fresh, ditengah-tengah luasnya panggung musik punk di Indonesia dengan berbagai band dan ciri khasnya masing-masing.

Keingin untuk menyajikan musik pop punk yang fresh itu kemudian mendorong 20 Miles Marathon untuk merilis 4 single. Band yang kerap disingkat 20MM ini menghadirkan berbagai tema dalam beberapa single yang mereka rilis itu. Mulai dari lagu bertema  mood booster dalam single Rainbow, pengalaman mengalami bullying dalam Dusty Window, rasa semangat memulai hal baru dalam single Start All Over, hingga cerita soal cita-cita dan angan-angan para personilnya dalam single No More Love Song.

Upaya 20MM menghadirkan sesuatu yang fresh dalam keempat single itu ternyata diterima dengan cara yang sama oleh para pendengarnya. Kebaruan selalu menjadi kesan pertama yang muncul setiap kali mendengarkan lagu-lagu yang mereka bawakan. 20MM menuai hasil yang positif dari upaya nekat mereka dalam bereksperimen, menyilangkan berbagai nuansa musik pop punk.

Kedepannya 20MM tengah berkonsentrasi untuk merampungkan proses pemmbuatan full album mereka yang pertama. Album yang rencananya akan dirilis awal tahun 2020 tersebut akan berisikan 10 lagu. 20 MM berniat merilis album tersebut secara digital dan fisik. Saat ditanya mengapa album tersebut ingin mereka rilis dalam dua bentuk, nilai kepuasan pendengar yang jadi alasannya.

“Ya sekarang kan teknologi (digital) udah berkembang, ya kita ingin manfaatin kemajuan teknologi itu aja. Tapi ada beberapa orang tuh yang lebih puas kalo dengerin lewat album fisik. Sama kalo rilis album fisik itu kan bisa sekalian buat koleksi, jadi ada kenang-kenangannya,” ungkap gitaris mereka Novalio ketika menjelaskan alasan 20MM merilis album dalam dua versi.

Lagu-lagu yang akan jadi konten album pertama 20MM ini seluruh liriknya berbahasa Inggris dan mayoritas ditulis oleh vokalis mereka, Mamat. Soal mengapa bahasa Inggris yang mereka pilih, Novalio menganggap hal tersebut adalah upaya untuk membuat lagu yang mereka ciptakan bisa dinikmati seluas-luasnya, sampai ke luar negeri. Walaupun, Novalio juga mengakui bahwa pilihan mereka menggunakan bahasa Inggris ternyata, di sisi lain, membuat pendengar di dalam negeri sedikit kesulitan untuk memahami pesan yang mereka ingin sampaikan.

Proses rekaman lagu-lagu untuk album pertama 20MM tersebut sudah berjalan dan hampir rampung. Tersisa dua lagu yang masih akan direkam part vokalnya. Selanjutnya, kuartet hybrid pop punk ini akan menyibukan diri untuk merancang merchandise yang akan mereka sertakan dalam boxset album pertama yang akan segera mereka rilis.

 

Penulis: Britto Wirajati

Editor: Fik

 


Photography By : Istimewa

TAGGED :
Please wait...