Glenn Fredly, Sang Cahaya dari Timur

Bagi Glenn Fredly, konser musik bukan hanya tempatnya berkarya, namun juga caranya untuk berbagi. Dikenal dengan lagu-lagu romantisnya, namun Glenn juga garang memperjuangkan musik Indonesia.

Belantika musik Indonesia kembali berduka. Kita kehilangan salah satu musisi terbaik tanah air pada 8 April 2020 lalu. Glenn Fredly menghembuskan napas terakhirnya pada usia 44 tahun di RS Setia Mitra Fatmawati, Jakarta karena radang selaput otak (meningitis).

Kepulangan Glenn ke pelukan Tuhan ini bukan hanya duka bagi para pecinta musik, melainkan juga duka bagi bangsa Indonesia. Pasalnya pria berdarah Ambon ini bukan hanya pelantun lagu-lagu romantis, namun juga sosok pegiat kemanusiaan.

Melalui unggahan tulisan di Instagram @abdeenegara, gitaris Slank, Abdee menyampaikan rasa duka citanya. Abdee Slank menyebut bahwa Glenn Fredly merupakan salah satu seniman terbaik Indonesia dan orang yang berjuang untuk musik. “Kita baru saja kehilangan salah satu seniman terbaik Indonesia. Musisi-humanis, pejuang anti korupsi, pejuang musik Indonesia,” tulis Abdee Slank. “Selamat jalan “Cahaya dari Timur” Glenn Fredly Deviano Latuihamallo. Istirahatlah dalam damai,” tulis Abdee Slank di akhir post-nya.

Tidak hanya rekan sesama seniman Indonesia, masyarakat secara umum bahkan Presiden Joko Widodo, juga mengungkapkan kehilangannya melalui media sosial. Ucapan duka disampaikan masyarakat melalui unggahan foto, video, atau berbagai kenangan tentang lagu Glenn. Selain itu tagar #RIPGlenn dan #Glennfredly juga menjadi trending pertama di media sosial Twitter.

Pemilik nama lengkap Glenn Fredly Deviano Latuhamallo ini lahir di Jakarta, 30 September 1975. Putra dari Hengky David Lattuihamallo dan Linda Mirna Siahaya Latuihamallo ini tumbuh di lingkungan yang dekat dengan dunia musik. Kepergian Glenn meninggalkan istri dan seorang anak bernama Gewa.

Dimulai dari Funk Section

Glenn telah memulai karir bermusiknya sejak masih berseragam putih abu-abu dengan menjadi vokalis Funk Section. Banyak orang yang sudah bisa menebak suara Glenn Fredly, bahkan tanpa melihat wajahnya. Suaranya memang khas, meneduhkan, apalagi saat kita patah hati.

Bersama Funk Section, ia meluncurkan album eksklusifnya pada tahun 1995. Tiga tahun kemudian, Glenn berkarier sebagai solois dan meluncurkan album berisi 8 lagu. Seolah memperkenalkan diri pada penikmat musik, album ini diberi judul sesuai nama depannya, Glenn. Pada Album ini lagu Cukup Sudah dan Kau, selalu menjadi andalan dan hits hingga ke Malaysia.

 Setelah memulai karir solonya, Glenn cukup rajin menrilis album; Kembali (2000), Selamat Pagi, Dunia! (2002), Ost, Cinta Silver (2005), Aku & Wanita (2006), Happy Sunday (2007), Private Collection (2008), Lovevolution (2010), Luka, Cinta dan Merdeka (2012),hingga yang terkahir Romansa Ke Masa Depan (2019).

Banyak lagu Glenn tak lekang oleh waktu, sebagian besar merupakan lagu-lagu cinta dengan lirik romantis yang membuatnya dibanjiri penghargaan. Cinta dan romantisme memang sudah lekat dengan Glenn Fredly.

Pada tahun 2001, Kasih Putih milik Glennberhasil mengantarkannya menjadi pemenang kategori Best Urban Production Work. Melalui lagu ini juga Glenn Fredly dinobatkan sebagai Solois Pria Terbaik untuk genre RnB.

Glenn pun rajin mengantongi penghargaan Anugrah Musik Indonesia pada tahun-tahun berikutnya, sebagai Solois Pop Pria Terbaik (2001). Melalui lagu When I Fall In Love, Glenn berhasil memenangkan penghargaan lagu berbahasa asing terbaik di AMI 2006. Pada tahun 2014 Lights From The East: I am Maluku dan Tinggikan dinobatkan sebagai Lagu Tema Terbaik.

Glenn juga dikenal sebagai bagian dari Trio Lestari. Grup ini beranggotakan sahabat sekaligus rekan sesama seniman Indonesia, Tompi dan Sandy Sondhoro. Trio Lestari kerap diundang di acara-acara off air, dan akhirnya sempat memiliki acara bincang-bincang bertajuk Live With Trio Lestari.

Bersama Tompi dan Sandhy, Glenn merilis album berjudul Wangi (2014). Nama yang sama lantas disematkan sebagai sebutan untuk penggemar Trio Lestari. Dalam album ini, ketiga seniman Indonesia berbakat tersebut melakukan banyak eksperimen.

Album Wangi cukup mencuri perhatian karena konsep trio vokalnya yang tak lazim dan nama-nama mereka bertiga. Album Wangi menjadi nominasi Song of The Year, Album of The Year serta Band/Group/Duo of The Year di ajang penghargaan musik salah satu stasiun televisi lokal. Kini, setelah Glenn Fredly meninggal, Tompi dan Sandhy harus berjuang berdua untuk terus melestarikan grup mereka.

Pada Februari 2019 Glenn juga sempat merilis lagu bersama rekannya sesama seniman Indonesia, Yovie Widianto dan Tulus. Lagu ini bertajuk Adu Rayu. Lagu yang mengisahkan cinta segitiga ini berhasil memboyong lima kategori penghargaan dalam ajang Anugerah Musik Indonesia.

Adu rayu berhasil menyabet perghargaan sebagai Karya Produksi Terbaik, Penata Musik Pop Terbaik, Karya Produksi Kolaborasi Terbaik, Produser Rekaman Terbaik, dan Tim Produksi Suara Terbaik. Glenn Fredly pernah berencana membuat Adu Rayu menjadi sebuah film. Namun belum sempat merealisasikan mimpinya, Glenn sudah lebih dulu berpulang.

Nyemplung ke Film

Glenn juga dikenal aktif membuat lagu-lagu tema untuk film layar lebar. Cinta Silver (2005) dan Filosofi Kopi (2015) adalah dua film yang dihiasi oleh musiknya. Glenn Fredly juga menorehkan karya di dunia perfilman dengan terjun langsung di beberapa film, seperti Cahaya dari Timur, Surat dari Praha, Filosofi Kopi, dan Tanda Tanya.

Film Tanda Tanya untuk pertama kalinya Glenn terjun ke dunia akting. Film garapan sutradara kenamaan Hanung Bramantyo ini mengangkat isu pluralisme beragama. Cerita dari Tanda Tanya menunjukkan permasalahan yang kerap terjadi antara agama. Dalam film ini Glenn berperan sebagai Doni dan bersaing dengan Surya (Agus Kuncoro ) yang berbeda agama untuk mendapatkan perhatian dari Rita (Endhita), seorang perempuan Katolik.

Tiga tahun kemudian Glenn mulai mengambil peran sebagai produser. Ia memproduksi film Cahaya dari Timur bersama Angga Dwimas Sasongko pada tahun 2014.  Film yang dibintangi oleh artis Chicco Jerikho dan Shafira Umm tersebur menceritakan tentang Sani Tawainelaa yang melatih anak lokal bermain sepak bola di tengah konflik agama. Dalam film ini Glenn turun langsung untuk mengisi lagu tema Cahaya dari Timur.

Berkat kerja kerasnya dan tim, Cahaya dari Timur berhasil meraih penghargaan Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2014. Lagu temanya, Tinggikan juga memenangkan Best Theme Song Maya Awards 2014.

Pada tahun 2015, seniman Indonesia kenamaan ini masih memilih untuk bekerja di belakang layar. Ia kembali terjun langsung sebagai ­co-produser dan produser musik pada film Filosofi Kopi. Lewat hal itu, ia memiliki misi untuk mendorong industri musik bergerak bersama industri perfiman. Pada Filosofi Kopi 2, Glenn masih mengambil peran yang sama sebagai produser musik lagu tema.

Selain itu, Glenn juga pernah didaulat menjadi produser eksekutif film Surat dari Praha. Film romantis karya sutradara Angga Dwimas Sasongko dibintangi artis Tio Pakusadewo dan Julie Estelle. Selain memberikan empat lagu tema, Glenn juga turut terlibat dalam pemilihan pemeran film ini, lho.

Pejuang Musik dan Aktivis Sosial

Glenn nggak hanya menjadi musisi, ia juga seorang aktivis dan pejuang isu-isu lingkungan dan pelestariain seni budaya. Kiprahnya ini diakui oleh aktivis sosial Dandhy Laksono pada sebuah cuitannya di Twitter saat kepergiaan Glenn. Menurut penuturan Dandhy, Glenn menjadi bagian dari barisan seniman Indonesia yang menolak reklamasi Teluk Benoa dan sahabat bagi perjuangan petani Kendeng.

Pada tahun 2012, Glenn pernah membuat rekaman DVD di studio Lokananta, label rekaman pertama di Tanah Air yang sangat bersejarah. Dia menggaungkan kampanye “Save Lokananta”, agar studio tersebut tak terlupakan.

Sebelum Glenn Fredly meninggal, ia banyak berkolaborasi dengan musisi Indonesia untuk menyampaikan pesan kemanusiaan. Dia menciptakan lagu Kita Untuk Mereka yang didedikasikan untuk korban bencana Tsunami Aceh. Pada perayaan 17 tahun berkarir di dunia musik, Glenn membuat konser Cinta Beta yang dijadikan aksi nyata untuk melestarikan seni serta budaya Indonesia bagian timur.

Glenn juga menyuarakan perdamaian di Tanah Papua, dalam konsernya Musik untuk Republik (2019). Glenn rutin membuat konser Tanda Mata sebagai tanda apresiasi untuk musisi Indonesia. Tiap tahun ia menggandeng seniman Indonesia legendaris yang berbeda. Dimulai dari Ruth Shanaya, Slank, Yovie Widianto, hingga Koes Plus.

Sebagian hasil penjualan tiket konser Tanda Mata Yovie Widianto disumbangkan untuk korban gempa dan Tsunami Palu, sementara hasil konser Tanda Mata Koes Plus didonasikan untuk korban gempa di Maluku dan asap di Riau.

Bagi seorang Glenn Fredly, konser musik bukan hanya tempatnya berkarya, namun juga caranya untuk berbagi.

Karyamu akan selalu kami kenang, Sang Cahaya dari Timur.


Photography By : shutterstock

Please wait...