CLASIFIED CULTURE | JOURNEY | 17 Agustus 2019

Ki Enthus Susmono: Dalang Edan dan Semangat Perlawanan

Mungkin saja sebagian anak muda millenial sekarang bakal punya anggapan

Mungkin saja sebagian anak muda millenial sekarang bakal punya anggapan atau imajinasi yang sama kalau ditanya atau disuguhin tentang pagelaran wayang; bosen, nggak ngerti bahasa Jawa yang berlevel-level, iringan musik gamelan yang mendayu-dayu bikin ngantuk, selera orang tua banget. Namun, mungkin juga sebagian dari kalian pernah tau atau dengar, ada nama dalang terkenal di Indonesia yang mendunia karena dia punya gaya khas yang bikin dia bisa diterima banyak kalangan, termasuk anak-anak muda. Dia, Ki Enthus Susmono, dalang edan dari Tegal, Jawa Tengah. Ki Enthus Susmono meninggal pada 14 Mei 2018 yang lalu, di tengah aktivitas kampanyenya buat calon Bupati periode kedua. Oleh karena itu, sangatlah layak bagi kita untuk terus mengenangnya dan juga karya-karyanya. 

 

Nama Ki Enthus mulai terkenal di dunia masyarakat pecinta wayang dan pedalangan di awal 1990an. Karirnya terus naik dan terkenal banget di tahun 2000an. Awalnya orang-orang memandang dia gila, menghujat, bahkan menolak pertunjukannya. Ki Enthus memang dikenal punya gaya khas yang unik dengan semangat resistensi yang ia miliki. Dia terbiasa mendalang dengan gaya serba campuran. Iringan musik campuran antara Jawa, Sunda, Bali, Arab, bahkan masukin gaya-gaya musik rock, hip hop, dangdut di satu pertunjukan yang sama. Ki Enthus juga terbiasa pake bahasa campuran antara Jawa keseharian (ngoko), Indonesia, Sunda, dan bahasa Inggris pelesetan. Yang membuat dia lebih terkenal lagi adalah karena dia berani ngritik siapapun secara terbuka, pake bahasa-bahasa pisuhan (umpatan). Jadi nggak bakal heran di setiap pertunjukannya kalau denger dia ngucapin kata-kata semacam bajingan, asu, goblok, buat ngatain pejabat publik, menteri, anggota DPR atau siapapun yang menurut dia layak buat dikritik. 

 

Bukan cuma berani kritik terbuka, dia juga jadi kontroversial di kalangan dalang dan penggemar wayang karena sering dianggap bertingkah aneh di panggung. Ki Enthus sering berdiri dari tempat dia mendalang, terus tiba-tiba teriak atau nyanyi menghadap ke arah penonton. Atau, tiba-tiba di adegan perang, dia ikutan marah sama beberapa tokoh wayang, berdiri berantem gebukin wayangnya sendiri. Semua jadi kontroversial, dianggap gila, dan dianggap ngerusak pakem pertunjukan gaya tradisi di keraton-keraton Jawa. Tapi, biarpun dia dihujat, distigma buruk, dia tetep konsisten mendalang dengan gaya khas personalnya yang tetep edan. Bahkan, semakin lama, dia semakin menunjukkan kegilaannya dengan cara bikin banyak eksperimentasi, supaya wayang gampang diterima dan diminati sama anak muda. Secara terbuka dia resisten sama gaya-gaya keraton yang dia anggap udah enggak sesuai lagi sama konteks zaman sekarang. 

 

Ki Enthus bikin banyak karya sebagai wujud penolakannya pada legitimasi keadiluhungan gaya-gaya keraton. Di antaranya, dia bikin boneka-boneka wayang super hero Amerika; Superman, Batman, Spiderman, ada juga Teletubies yang bermuka punakawan Jawa (Semar, Gareng, Petruk, Bagong), Harry Potter, wayang alien, wayang planet, wayang purwa yang bentuk wajahnya dibikin realis kaya manusia. Dia juga sering tiba-tiba masukkin tokoh-tokoh popular dunia di tengah-tengah cerita wayang. Ada Saddam Husein ketemu George Bush, tiba-tiba lagi ada Barack Obama yang diceramahin Gus Dur. Jokowi yang kumpul bareng Mega dan Prabowo, sering juga tiba-tiba dia munculin di tengah pertunjukan. selain itu masih banyak lagi karyanya yang kalu dijumlah bisa sampe ratusan bahkan ribuan. Banyak di antara koleksi karyanya sekarang jadi koleksi beberapa museum di luar negeri. 

 

Gaya kontroversi Ki Enthus yang edan dan terus menggila itu dia pertahankan terus dan konsisten. Lambat laun, karyanya mulai diterima bahkan diadopsi dan ditiru banyak anak muda, khususnya para dalang muda di Indonesia. Boneka wayang karya Ki Enthus, kostum dalang dan pengrawit, tata panggung, iringan musik gamelannya, rame-rame diadopsi dan dipake sama banyak dalang. Ki Enthus dianggap menarik, karena dia jadi inspirasi dalang-dalang muda juga penonton era sekarang yang suka sama gaya terbukanya. Dia dalang jenius yang banyak melahirkan karya, dia juga seperti Don Juan, punya kemampuan bahasa yang bisa bikin penontonnya terbuai, tertarik dan seneng sama gaya terbukanya yang ceplas-ceplos, lewat wayangan yang rasa dakwah, dan pengajian di dalam wayangan. 

 

Puncak karier Ki Enthus ditandai waktu dia terpilih jadi Bupati Kabupaten Tegal periode 2013-2018. Sebelumnya, dia pernah dikriminalisasi dan dijebloskan ke jeruji bui karena mengkritisi pejabat daerah sebelumnya yang dinilai tidak bersih ketika menjabat. Setelah menjadi Bupati, dia pun tetap konsisten dengan gaya egaliter, terbuka dan ceplas-ceplosnya di panggung ataupun di luar. Gaya kepemimpinannya yang enggak jauh dari gayanya sebagai dalang yang humanis, digandrungi banyak masyarakat termasuk penggemar wayang di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Ia adalah legenda. Semangat resistensi dan gayanya yang khas dalam mendalang akan abadi dikenang oleh negeri ini. Selamat jalan, Dalang Edan, dalang sejuta umat.

 

Penulis: Hariyanto

Editor: Fik


Photography By : Istimewa

TAGGED :
Please wait...