CLASIFIED CULTURE | JOURNEY | 17 Agustus 2019

Kultus Boombox Khas Hiburan Malam Kaum Urban Jogja

Jam menunjukan hampir pukul 12 malam ketika Saya memasuki pelataran parkir Boshe VVIP Club, Jogja.

Jam menunjukan hampir pukul 12 malam ketika Saya memasuki pelataran parkir Boshe VVIP Club, Jogja. Di depan lobby pintu masuk, seorang teman Saya, Remon telah menunggu. Malam itu, Kamis malam, merupakan jadwal tetap dari event yang Ia selenggarakan secara reguler bertajuk Boombox Cult.

Setelah bertegur sapa, Remon langsung mengajak Saya masuk ke dalam. Kondisi di dalam saat itu sudah cukup ramai. Ada beberapa rapper dari Melanesian Hip-Hop YK yang sedang perform. Remon kemudian mengajak Saya duduk persis di sisi kanan stage. Saya kemudian diperkenalkan Remon kepada beberapa teman. Setelah bebicara sedikit, Saya kemudian sibuk mengamati pertunjukan yang ada .

Ada tiga hal yang menonjol dari stage di Boombox Cult. Musik hip-hop, sexy dancer dan disk jockey (DJ). Tiga hal ini yang dipadukan dalam perhelatan Boombox Cult tiap Kamis malam. Ketiganya saling-silang di atas stage, klubhiburan malam khas kaum urban Jogja.

Menjelang pukul 3 pagi, Saya dan Remon beranjak keluar. Kami kemudian mencari warung kopi terdekat untuk melanjutkan obrolan. Di dalam tadi terlalu bising, tidak kondusif untuk berbincang tanya-jawab. Setelah memesan dua gelas kopi, Saya langsung mulai melontarkan pertanyaan tentang sejarah, misi dan harapan dari Boombox Cult.

Boombox Cult pertama kalinya diselenggarakan bulan November 2017. Event mingguan tiap Kamis malam ini lahir dari kolaborasi komunitas kolektif musisi hip-hop, NOMADS (dulu bernama Kartel Kolektiv) dengan pihak Boshe VVIP Club Jogja. Misi utamanya adalah membangun ruang gerak baru bagi musisi hip-hop yang berbasis di Jogja.

“Jadi kita punya acara rutin tiap hari Kamis malam di Boshe (VVIP Club) itu namanya Boombox Cult. Kita merangkul anak-anak yang musisi hip-hop dengan dancer-dancer. Hip-hop dan dance-nya sebenarnya all (sub) genre sih, yang penting basisnya Jogja. Tapi kita beberapa kali undang teman yang dari luar juga, kayak kemarin pas kita ulang tahun kita undang Muka Rakat,” ungkap Remon memulai penjelasannya.

Pemilihan nama Boombox Cult sebagai judul acara merujuk pada kultus boombox di kalangan komunitas hip-hop. Pemutar musik portable yang satu ini memang idientik dengan keseharian komunitas hip-hop sejak era 80’an. Tidak hanya terbatas pada musisi hip-hop, boombox juga menjadi teman setia para b-boy dan sexy dancer setiap kali mereka berlatih, mempertunjukan satu-dua move yang mereka kuasai.

Hip-hop, breakdance serta liukan sexy dancer inilah yang kemudian juga disajikan dalam perhelatan event Boombox setiap minggunya. Walaupun tidak semua, namun elemen breakdance dan sexy dancer umumnya selalu jadi bagian dari penampilan para musisi hip-hop yang sedang unjuk gigi di atas stage.

Paket lengkap showcase hip-hop tersebut kemudian semakin komplit dengan tambahan iringan musik EDM dari seorang disk jockey. Keberadaan disk jockey  yang tak pernah absen di setiap gelaran Boombox, menambah warna sajian stage performance hip-hop, yang mungkin selama ini hanya terbatas pada kelincahan berkata-kata dan alunan flow yang catchy.

 

Boombox Cult: Ekosistem Baru Hip-Hop Jogja

“Biar kita ada gigs rutin. Biar orang luar (Jogja) tuh tau. Jogja punya acara rutin hip-hop tuh di sini , di Boshe (VVIP Club). Sekalian ini kan, ngangkat musisi satu per satu. Kadang misalnya ada temen baru rilis album nih, terus bingung mau launching dimana. Nah, launching di sini aja (Boombox Cult).

Petikan wawancara di atas adalah jawaban Remon, penanggung jawab talent dalam acara mingguan Boombox Cult, ketika ditanya soal tujuannya. Motif membentuk kutub baru yang akan menjadi wadah bertemunya para penggerak kultur hip-hop (musisi, sexy dancer dan disk jockey) di Jogja terasa menonjol dalam jawabannya. Boombox jadi semacam media komunikasi dan publikasi.

Tidak berhenti di situ, Boombox Cult  juga media propaganda bagi musisi hip-hop pendatang baru untuk menyuarakan musiknya secara lebih lantang. Tidak ada kriteria khusus bagi seorang musisi hip-hop untuk bisa mendapatkan kesempatan perform. Namun, syarat utamanya adalah orisinalitas yang bisa membuat crowd jadi lebih hidup.

“Jadi kalo misalnya beat dia bikin banyak orang senang, itu yang pasti diangkat. Yang jarang orang mainin terus pas dia mainin orang-orang bisa kaget. Ini kok dia bisa bikin yang kayak gini? Sesuatu yang belum umum. Walau pun banyak orang belum bisa terima, tapi dia berani bikin warna sendiri,” imbuh Remon.

Boombox Cult tampil sebagai ekosistem baru bagi perkembangan musik hip-hop Jogja dalam arti yang luas dan bentuk yang berbeda. Dalam Boombox Cult, hip-hop tak hanya bicara perkara gangs war dan drugs dealing. Hip-hop jadi bagian dari komunitas anak muda urban menikmati hiburan malam mereka. Namun bukan cuma bersenang-senang, melalui Boombox Cult, ada konektivitas yang terhubung antara generasi muda dan tua, orang lama dan pendatang baru, dalam skena hip-hop Jogja.

 

Penulis: Britto Wirajati

Editor: Fik


Photography By : Istimewa

TAGGED :
Please wait...