CLASIFIED MUSIC | ORIGINS | 17 Agustus 2019

Kuntari, Berangkat dari Kegelisahan dan Keluar dari Zona Nyaman

Dunia memang tidak bisa diprediksi bagi Kuntari. Setelah menggeluti jazz, world music, dan neoklasikal, kini dunia membawanya untuk bereksplorasi di jalur eksperimental.

Kuntari, yang memiliki nama asli Tesla Manaf, adalah seorang musisi eksperimental asal Bandung. Sebelum fokus di musik eksperimental, Tesla merupakan musisi jazz yang telah mendunia. Pria kelahiran 29 Agustus 1987 ini telah melakukan serangkaian tur di luar negeri seperti Turki, Jepang, Malaysia, dan Singapura. 

Musikalitas Tesla dalam musik jazz tidak perlu diragukan lagi. MoonJune Records, label rekaman dari Amerika Serikat, menawarkan untuk memproduksi album Tesla Manaf (2014). Album ini terdiri dari dua album yang sudah pernah dirilis di Indonesia, yaitu A Man’s Relationship with His Fragile Area (2014) dan It’s All Yours (2011). Tesla juga pernah mendapat nominasi Anugerah Musik Indonesia untuk kategori Best Jazz Instrumental Performers dan Best Jazz Album di 2015. 

Setelah sukses di jalur jazz, world music, dan neoklasikal, kini Tesla fokus di jalur eksperimental dan secara resmi mengubah nama panggungnya sebagai Kuntari. Kuntari membagikan alasan mengapa ia meninggalkan kariernya yang sukses di musik jazz serta pengalamannya memasuki dunia eksperimental yang baru kepada Simply Authentic saat dihubungi 14 Agustus 2019 lalu. 

Dulu main gitar jazz lalu sekarang pindah ke musik eksperimental. Bisa diceritain bagaimana proses pindahnya dan mengapa tertarik dengan instrumental?

Saya rasa itu proses natural sebagai seorang seniman yang selalu merujuk ke kegelisahan. Selama 10 tahun saya main musik klasik, 3 tahun fokus di jazz, 2 tahun di world music, sampai 2 tahun di neoklasikal. Dengan instrumen gitar, saya sudah mencoba apa yang ingin saya capai sejak kecil. Berkeliling ke berbagai benua dengan gitar pun pernah. 

Nah, semua kenyamanan itu membuat saya tidak aman. Seperti merasa harus mencoba sesuatu yang belum pernah saya sentuh sebelumnya dan datang ke tempat yang belum saya pernah terpikir untuk kunjungi sebelumnya. Betul saja, semua yang saya tinggalkan ternyata menuntun saya ke tempat baru yang jauh lebih menarik. 

Apa yang paling menantang main musik eksperimental?

Banyak sekali sih. Pertama, mengumpulkan dan menguasai instrumen musik yg belum pernah saya sentuh sebelumnya. Butuh waktu ratusan jam untuk benar-benar paham. 

Ketemu orang baru dan komunitas baru, ini menarik sekali karena setiap skena mempunyai pendekatan yang berbeda ke musik, termasuk venue dan cara mereka treat penonton atau penggemarnya. 

Hal yang paling seru itu yang merasa bodoh lagi. Mulai lagi semua dari 0, meninggalkan karier 23 tahun dengan gitar. Tidak ada yang lebih menarik dari belajar dan belajar. 

Belajarnya musik eksperimental dari mana? Belajar sendiri atau berguru?

Belajar sendiri, tetapi dengan pendekatan yang berbeda dengan musisi eksperimental/electronik lainnya. Hal ini dikarenakan dasar saya klasik dan jazz, akar itu cukup kuat; makanya terbawa di musik yang sekarang saya mainkan. 

Kalau ditanya gurunya siapa, saya mengarah ke komposer musik klasik kontemporer tahun 1960-an seperti Karlheinz Stockhausen dan Gyorgy Ligeti. Musik mereka juga awalnya dari chamber atau orkestra, lalu tahun 60-an teknologi mulai masuk ke ranah musik, dan mereka menggunakan alat musik modern itu sebagai jembatan untuk karya-karya barunya.

Lagu yang diciptakan Kuntari itu rumit. Lagu apa yang didengar saat kecil dan adakah pengaruh dari orang tua?

Rumit itu tergantung siapa yg mendengarkan dan zaman apa musik itu diperdengarkan. Musik Bach itu termasuk musik pop di era Baroque. Kalau saya memasarkan musik saya dengan tepat dengan audience yang tepat, musik saya terdengar normal di kuping pendengarnya. 

Serunya, di ranah seni yg luas ini, kita tidak perlu mengerti atau paham sama karya seni tersebut untuk bisa menikmatinya. Misal, saya ke galeri dan lihat lukisan Van Gogh. Biarpun saya tidak bisa ngelukis, tapi saya bisa merasakan lukisan ini bagus sekali dan punya getaran sendiri ke penikmatnya. Begitu juga musik. Cukup buka telinga dan pikiran, pasti kalau bagus akan sampai ke hati pendengarnya. When it’s good then its good. 

Iya, ada pengaruh dari musik yang didengarkan saat kecil. Ayah saya suka musik klasik dan progresif rock, Mama suka musik pop 70-an, dan abang saya dengar musik metal. Saya campuran semuanya. 

Kuntari, apakah artinya?

Spirit Kuntari sendiri itu kolaborasi dengan siapapun dengan musisi/non musisi beda genre, beda background dan tampil tanpa latihan. Jadi saling komunikasi di atas panggung atau di studio rekaman. 

Saya tidak tahu artinya. Itu nama subliminal yang entah dari mana saya mendapatkannya. 

Kuntari rencananya akan mengeluarkan album baru. Ada berapa lagu di dalamnya dan ini album ke berapa?

Satu lagu dengan durasi 1 jam. Ini album ke-9 Tesla Manaf, tetapi album perdananya Kuntari. 

Katanya proses rekamannya di bunker Balai Kota Surakarta. Kenapa di sana? Apakah semua lagu proses rekamannya di sana?

Yup, semua direkam di sana. Alasannya karena request dari label harus site specific. Harus berada di ruangan yang mempengaruhi secara musikalitas atau personal si senimannya. Aku pilih bunker di Balai Kota Surakarta karena punya bentuk yang unik, memiliki gema yang khas, dan dimensi ruangan yang unik. Dan itu bunker satu-satunya di kota Solo. 

Di salah satu konser terakhir, ada kolaborasi sama sinden Nur Handayani. Gimana proses kolaborasinya? Apakah Tesla memainkan musiknya lalu sindennya merespons, dan sebaliknya?

Yup, kita saling respons di bunker saat rekaman dan saat di panggung. Tidak ada komposisi pasti, kita saling “ngobrol” dengan alat musik masing-masing. Kolaborasi dengan Nur sendiri sudah direncanakan setahun yang lalu, tetapi baru kesampaian sekarang. 

Selain meluncurkan album baru, apa rencana selanjutnya?

Yang pasti tur di Australia, tampil di panggung-panggung di Indonesia, bikin musik untuk teater sutradara ternama Wawan Sofwan, dan jadi pemusiknya mas Rianto (Penari di film Kucumbu Tubuh Indahku karya Garin Nugroho). Pertunjukkan tersebut akan di bawa keliling dunia dari 2020-2022.

 

 

Penulis: Nia Janiar

 

Editor: Fik

 


Photography By : Dok. Kuntari

TAGGED :
Please wait...