CLASIFIED ARTS | ARTIST & ARTWORK | 13 Agustus 2019

Lama Tak Terdengar, 5 Musisi ini Tetap Harum Namanya di Hari Kemerdekaan

Hey! Agustus tiba. Apa harapanmu di bulan baru ini? Masih semangat untuk mengejar impian dan mewujudkan mimpi?

Hey! Agustus tiba. Apa harapanmu di bulan baru ini? Masih semangat untuk mengejar impian dan mewujudkan mimpi? Apapun yang ingin kau raih di bulan ini, terus kibarkan semangatmu! Karena sekarang, saatnya nasionalisme kita sebagai generasi muda perlu pembuktian. Tidak hanya kata, namun juga tindakan. Merdeka! 

Tentang "Merdeka",--kata ini akan sering terdengar saat Agustus tiba. Seketika semangat masyarakat bangsa Indonesia dari segala lapisan terlihat membara. Agustus adalah bulan kemerdekaan kita. Bulan penuh sejarah yang dirayakan saat tanggal 17 tiba. Berbagai cara dilakukan untuk menunjukkan rasa nasionalisme. Dari upacara bendera, perayaan lomba 17-an, hingga aktivitas sosial media dengan beragam tagar. 

Kemeriahan perayaan 17 Agustus ini pun, tentu saja tidak tertinggal dari sentuhan alunan musik yang menguatkan emosi untuk mengulang sejarah. Banyak lagu-lagu nasionalisme baru tercipta, tapi entah mengapa deretan lagu dari musisi - yang kini mulai jarang terdengar namanya ini, masih ramah terdengar di telinga ketika kobaran semangat 17 Agustus itu dilontarkan. Siapa saja musisi tersebut?

Musisi: Gombloh

Judul Lagu: Kebyar-Kebyar 

Soejarwoto Soemarsono, lebih dikenal sebagai Gombloh mempunyai barisan hits single dengan lirik picisan seperti Anak Singkong, Ku Gadaikan Cintaku, dan masih banyak lagi. Tapi siapa pun pasti akan tergetar begitu mendengar lantunan lirik “Indonesia merah darahku, putih tulangku bersatu dalam semangatmu”. Judul lagu Kebyar-Kebyar ini dirilis pada tahun 1979. Siapa sangka, usia lagu boleh tua, namun roh dari tiap penggalan liriknya tetap abadi, tidak dimakan zaman. 

Musisi: Cokelat

Judul Lagu: Bendera 

Eross Candra yang membuat semangat perjuangan lirik lagu ini begitu renyah untuk dicerna. Hal lain yang juga menambah daya ledak lagu ini adalah aransemennya yang mampu membangunkan raga dan jiwa nasionalisme kita. Duet gitaris bersaudara, Ervin dan Ernest pun berhasil menghadirkan melodi gitar yang gagah. 

Musisi: Swami

Judul Lagu: Bongkar

Sebuah lagu akan berhasil menjadi abadi saat berada dalam situasi yang tepat. Situasi sosial yang ada saat penciptaan lagu inilah yang membuat Bongkar selalu relevan sampai hari ini. Hentakan drum Inisisri yang konstan dan ritmis di sepanjang lagu terdengar begitu “pas di telinga” sebagai  pengantar langkah-langkah untuk turun ke jalan tuk meneriakkan “MERDEKA!”. 

Musisi: Koil

Judul Lagu: Kenyataan Dalam Dunia Fantasi 

Penggalan lirik “Nasionalisme menuntun bangsa kami menuju kehancuran” yang sampai hari ini jadi representasi paling sahih untuk jargon-jargon nasionalisme di era digital saat ini. Nasionalisme, yang seringkali disuntik beberapa pihak dalam dosis kelewat tinggi, seakan jadi pembenaran untuk aksi-aksi main hakim sendiri. Bait-bait lirik lagu yang kritis terdengar begitu tegas, sekaligus mengingatkan kita generasi muda jika perjuangan mengharumkan nama bangsa belum selesai, Bung! 

Musisi: Efek Rumah Kaca

Judul Lagu: Menjadi Indonesia 

Suara lirih sang vocalist, Cholil harus diakui memang penuh daya ledak. Sejak kemunculannya, Efek Rumah Kaca telah berhasil membius generasi muda yang perlahan mulai asing dengan musik-musik lokal, kembali menjadi cinta dan penuh rasa bangga. Untuk tema kemerdekaan, memang tidak ada lirik yang bersentuhan langsung dengan kata-kata “Merdeka”. Namun, sayup-sayup pesan yang tersimpan dibalik lirik lagu “Menjadi Indonesia” terdengar seperti perwakilan kecemasan generasi muda Indonesia yang melihat ketidakpastian masa depan negara.

 

Penulis: Arisa Mukharliza

Editor: Dzulfikri


Photography By : Istimewa

TAGGED :
Please wait...