CLASIFIED CULTURE | JOURNEY | 17 Agustus 2019

Musik Indie Saat Ini: Tak Melulu Intim dan Panggung Kecil

Selamat dan sukses buat Suneater Coven sudah resmi sebagai kolektif musik baru ibukota yang akan diperhitungkan.

Selamat dan sukses buat Suneater Coven sudah resmi sebagai kolektif musik baru ibukota yang akan diperhitungkan. Sabtu (11/8) menjadi malam peresmian .Feast, Hindia, Aldrian Rasjid, Mothern dan Agatha Pricilla yang bersiap-siap mendobrak stereotipe label indie. Dan bagi penonton tentu saja saat itu malam yang penuh kenangan dan pengalaman. 

Showcase ditujukan untuk menampilkan talenta-talenta baru dikancah musik indie. “Karena kami Suneater ingin menunjukkan matahari-matahari (talenta) yang kami punya,” kata Panda, Manager .Feast.

Pasalnya buat saya pribadi ini adalah showcase terkonsep dengan baik, seakan daging steak yang dimasak secara slowcook menghasilkan tekstur empuk dan bumbu yang meresap. Tradisi showcase untuk band indie biasanya dilakukan secara intim di venue yang kecil seperti café dan bar. Alih-alih café, justru Suneater memakai sebuah studio besar di Kemang Utara, Jakarta Selatan untuk showcase mereka.

Saya pikir showcase bertajuk Here Comes the Sun ini akan terasa “kosong” karena venue yang terlalu besar. Dugaan saya salah, justru venue dibuat lebih intim dengan mengusung konsep festival mini dengan banyak atraksi dan tenant yang interaktif. Gak cuma ticket booth dan penjualan merchandise saja seperti showcase band indie kebanyakan, tapi ada custom tote bag dari Taka dengan mesin sablon cetak yang penonton bisa pilih sendiri desainnya.

 Satu lagi, untung saja pihak panitia pengertian menyuguhkan minuman dan makanan mengingat venue yang jauh dari aktivitas pedagang. Konsep festival mini ini ternyata berhasil meningkatkan engagement rate karena jadi ajang interaksi para penonton kala menunggu penampilan dimulai.

Sebelum penampilan para talent Suneater, acara menyuguhkan diskusi berbobot bertema Social Media & Music Nowadays: Humor Jokes & Memes yang diisi oleh Iksal Rizki (Manager The Panturas), Noorcahyo Irianto (Music on Friday) dan dimoderatori oleh Sahid Permana (Creative Suneater Coven). Diskusi ini berlangsung menarik karena tema yang dibawakan sangat penting bagi pendengar. Media sosial adalah “mainan” baru bagi industri musik indie untuk memasarkan karyanya ke pendengar. 

 

Konsep Showcase Kolaboratif yang Epik

Penampilan artis dan band Suneater dalam acara pun tidak terasa hambar. Pengalaman yang berbeda dibawakan juga dalam penampilan di atas panggung para artis yang saling berkolaboraksi.

Penampilan pertama di panggung yang berada di dalam Palem Studio diisi oleh Aldrian Risjad. Aldrian adalah musisi single termuda di music company Suneater. Ia sempat mengikuti Indonesia Got Talent 3 dan meneruskan kemampuan bermusiknya bersama label yang membesarkan band .Feast. Dalam penampilannya Aldrian membawakan single hitsnya Milk Candy yang baru rilis 24 Juni lalu. Selain itu ia juga tampil bersama Agatha Pricilla yang juga menjadi talent Suneater bawakan lagu Jerussalem-nya .Feast.

Setelah Aldrian Risjad, pada penampilan kedua naiklah yang ditunggu-tunggu oleh penonton, .Feast. Saat naik panggung suasana dibuat gelap dan tiba-tiba layar dipanggung menyala. Isinya adalah video kenangan perjalanan .Feast mulai dari band project kampus, bermain di bar-bar kecil hingga punya panggung besar sendiri. Dalam momen ini .Feast seakan bercerita langsung perjalanan manggungnya hingga sekarang.

Saat video kelar .Feast keluar dan langsung membawakan lagu pertamanya yaitu Kami Belum Tentu. Sekejap animo penonton langsung naik dengan berjingkrak-jingkrakan dan ditengah lagu beberapa dari mereka melakukan crowd surfing. Setelah itu lighting panggung tiba-tiba redup lagi muncul Mothern yang memainkan satu lagu bersama .Feast.

Mothern adalah band selain .Feast yang dinaungi oleh Suneater. Duo progressive rock yang diisi oleh Pandu dan Rasta membawa rock lebih terdengar lebih elektronik. Mereka membawakan musik rock yang cepat dengan sentuhan synthesizers. Mereka juga sempat membawa singlenya yang diluncurkan tahun lalu yaitu Survivor.

Lalu setelah duo billing bersama Mothern, .Feast kembali naik panggung membawakan Berita Kehilangan dengan gaya akustik bersama Agatha Pricilla. Penonton pun ikut nyanyi bersama menyaingi suara sound system di riging panggung.

Setelah .Feast tampil hampir 1 jam, penampilan di panggung rehat, penonton pun keluar venue untuk beristirahat sambil menunggu Hindia manggung. Ini adalah panggung kedua Hindia setelah WTF 2019 sebagai projek solo Baskara. Vokalis .Feast ini sempat becerita bahwa jadwal panggungnya sebagai closing dari showcase sangat mendadak. “Eh, lu manggung sendiri ya, buat di showcase. Ya, gitulah di Suneater pada nyuruh gua dadakan,” curhat Baskara di atas panggung.

Hindia tampil epik dengan musik elektroniknya yang memukau. Lirik tajamnya yang berasal dari keresahan Baskara ternyata sampai ke benak penonton yang ikut bernyanyi bersama. Ia diiringi oleh Rayhan Noor, gitaris Glaskaca dan di lagu Jam Makan Siang ditemani  rapper Matter Mos.

 

Visual Panggung Yang Epik

Visual panggung di showcase Here Comes The Sun juga dimanfaatkan secara maksimal. Saat sedang mempersiapkan penampilan saja penonton disuguhkan sebuah gambar comic sequence bergambar para talent disisipi dengan sebuah kata “Suneater. Meet the risk taker, the game changer who is brave to defy everything and contradicts all things”.

Pada penampilan Aldrian Risyad visual diisi dengan video epik mengikuti ambience lagu rock classic dari Aldrian. Disisipi dengan font namanya ditengah materi video. Penampilan Mothern juga diisi dengan visual psychedelic art yang berantakan namun tetap estetis.

Gak perlu lagi dijelaskan saat penampilan .Feast, materi visual benar-benar berani seperti yang dibawakan saat mereka manggung. “Materi Visual Belum Lulus Sensor KPAI” seakan menjadi kritik terhadap sebuah instansi yang selalu paranoid terhadap budaya baru yang katanya potensi merusak generasi muda.

Pada lagu Berita Kehilangan materi visual lebih berani lagi. Terpampang muka-muka aktivis 1998 dan profilnya yang hilang di momen kejatuhan orde baru. Seakan menjadi kenangan sembari memberi tahu bahwa ada sejumlah anak muda kala itu yang memperjuangkan hak rakyat hilang sampai sekarang belum jelas beritanya.

Saat Hindia bermain pun ada yang unik dalam lagu Jam Makan Siang, materi visual berisi memes bertuliskan “Segenap Keluarga Hindia Mengucapkan Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru 2000”. Materinya pun berwarna kontras tabrakan kurang enak secara visual. Background still dengan gerakan bergelombang seperti bendera tertiup angin. Belum cukup hancur, tiba-tiba ada muka Adnan, gitaris .Feast dalam sebuah tab Windows yang berpindah-pindah. Ada kesan serius sekaligus bercanda dalam materi visual yang dibawakan.

Showcase bisa benar-benar membawakan pengalaman yang berbeda dalam mengenalkan talenta-talenta dari sebuah kolektif musik. Dikemas secara terkonsep dan apik. Anda yang snob indie boleh saja bilang showcase ini terkesan terlalu mewah dan kurang intim, keluar dari roots indie. Tapi buat saya ini adalah gelombang tradisi baru yang dibawakan oleh Suneater di kancah musik independen.

 

Penulis: Reza Rizaldy

Editor: Fik


Photography By : Reza Rizaldy

TAGGED :
Please wait...