Primavera: Langkah Cemerlang Vira Talisa Menjalar Musik Pop Indonesia

Biduan pop, Vira Talisa, sukses menampakan keemasan musik pop Indonesia lewat Primavera. Jika di karya-karya sebelumnya ia mengerahkan pengaruh kuat dari jagat Perancis, album berisikan delapan lagu ini malah menjadi tongkat estafet yang ia terima untuk melanjutkan kualitas musik pop tanah air. Upaya yang telah dilakukan sebelumnya oleh musisi-musisi 2000-an awal semacam Maliq & D’Essentials, White Shoes & The Couples Company, SORE, maupun Mondo Gascaro.

Sepertinya keterlibatan Vira yang cukup sering di perhelatan Swara Gembira – sebuah perayaan terhadap eksistensi musik pop kekal – menjadi salah satu alasan kuatnya. Seperti yang diketahui, acara-acara tersebut menjadi titik lebur musisi Indonesia lintas generasi. Vira berkesempatan menyerap energi karya musik pop Indonesia terdahulu kepunyaan Guruh Soekarno Putra, Chaseiro, maupun Fariz RM.

Adaptasi ini langsung terasa lewat dua lagu pembuka, Primavera dan Janji Wibawa. Keduanya memiliki muatan yang ringan namun tetap berisi. Vira juga mampu mengolah lirik Bahasa Indonesia dengan cermelang.

Primavera memiliki jembatan yang menyenangkan dengan bunyi liriknya, “Sirnakan lara dan derita yang telah lama singgah dalam dada,” kemudian asupan gitar yang berani dengan rima yang mengayun mengambil alih, dirangkum oleh senandung manis dari Vira di pengujungnya.

Sedangkan Janji Wibawa bernyawa lebih sederhana. Sebuah tembang damai nan menenangkan ini berkisah tentang penggambaran kaul yang tidak lestari. “Kucoba bertahan, pada wibawa yang tersisa. Sadarkah wahai penghibur hariku? Sekarang engkau tak lagi seperti dirimu.”

Eksplorasi Vira dengan kekayaan musik pop Indonesia juga terasa di nomor Bunga dan Matahari. Pemaduan lirik di dalamnya seperti terlahir langsung dari musik pop era 70-80’an, mulai dari “Bermandikan irama suka cita”, “Kedamaian di atas tanah merona”, sampai “Belas kasih yang melekat mengharumkan kehidupan”.

Tentu saja, semua upaya Vira dengan eksplorasi ini semakin sahih karena ia tidak luput menyertakan elemen dan progresi jazz/city pop di dalam musik Primavera. Vira telah menatanya dengan baik tanpa pretensi menyalin telak referensinya. Perlu digaris bawahi, album ini tetap dipersenjatai oleh ciri khas dan pengambilan nada vokal miliknya pribadi.

Vira juga masih menyisipkan nuansa musik Eropa di beberapa lagu Primavera; Through the Shades of Paradise, He’s Got Me Singing Again, dan Down in Vieux Cannes. Ketiganya tidak menjadi lubang dari pendekatan baru yang ia coba bangun. Kehadiran lagu-lagu ini malah berfungsi sebagai gambaran akan jati diri musik Vira Talisa yang tersiar sejak album pendek perdana Self-titled dirilis tiga tahun silam.

Panjajalan musik pop yang dilakukan Vira dalam Primavera telah berhasil tercipta tanpa lepas kendali. Tidak bermaksud untuk membandingkan, namun album ini mengingatkan tentang semangat membuka diri para musisi tanah air senior demi mencapai tingkat estetika musik yang mutakhir. Salah dua contohnya adalah eksplorasi Ermy Kullit di Jazz Dixie (1981) maupun Andi Meriem Matalatta di Emansipasi (1984).

 

Penulis: Pramedya Nataprawira

Editor: Fik


Photography By : Dokumentasi Kokerekayu

TAGGED :
Please wait...