CLASIFIED CULTURE | JOURNEY | 12 Juli 2019

Ternyata Ini Sebab Vinyl Cetakan Pertama Punya Harga Prestisius

Koleksi piringan hitam makin hari harganya makin naik. Meskipun dari zaman ke zaman pembelinya makin kena seleksi alam,

Koleksi piringan hitam makin hari harganya makin naik. Meskipun dari zaman ke zaman pembelinya makin kena seleksi alam, nilai jual benda rekaman fisik berbahan plastik ini jadi mirip emas.

Itu sih yang saya tahu dari seorang konsultan investasi. Kata dia, benda satu ini bisa juga dijadikan "tabungan". Tahu benar tahu enggak, yang jelas catatan harga benda ini di toko-toko dunia maya sih kira-kira betul memang begitu.

Tapi dari sekian deret piringan hitam atau vinyl record yang beredar, ada satu kategori khusus yang bikin dia jadi "loh kok mahal banget". Kategori khusus itu namanya "first pressing" atau ditulis "1st pressing" dengan kata lain piringan hitam cetakan pertama.

Sebagai orang yang juga suka ngumpulin piringan hitam, kategori itu bikin deg-degan gara-gara lihat harganya. Tapi bakal lebih deg-degan lagi kalau ternyata harga jualnya terkesan miring dan ada di depan mata. Hehehe.

Jadi balik lagi, kenapa piringan hitam "first pressing" ini jadi bisa prestisius begitu? Satu hal yang mesti dipahami adalah bagaimana cara piringan hitam itu dibuat.

Dari masa ke masa, pada tahap pertama, produsen piringan hitam akan membuat pola cetakan dari piringan hitam yang masih fresh dari hasil rekaman si musisi atau si band atau lainnya.

Pola cetakan ini bisa dibuat dari rekaman pita yang diteruskan ke mesin tes cetak piringan hitam. Nanti hasilnya disebut "test press".

Setelah "test press" disetel dan dirasa aman buat diproduksi massal, piringan hitam itu dibuatkan pola berbahan logam yang biasanya kalau laku banget maka akan dipajang di perusahaan rekaman.

Pernah lihat kan piringan hitam logam yang dikasih bingkai dan terus dibilang "platinum" atau "gold"? Istilah "platinum" atau "gold" itu sendiri buat penanda sejauh apa rekaman tersebut menembus level penjualan.

Nah, logam tersebut akhirnya dipakai buat mencetak plastik-plastik vinyl untuk menjadi piringan hitam produksi massal. Ini dialah yang namanya piringan hitam hasil cetakan pertama.

Soalnya, setelah cetakan pertama ini ludes, bukan tidak mungkin lima atau sepuluh, bahkan puluhan tahun kemudian, piringan hitam itu akan diperbanyak lagi, tetapi bukan berdasarkan logam master yang pertama, karena bisa jadi masternya sudah hilang entah ke mana.

Dari sini saya baru tahu kalau piringan hitam cetakan pertama itu prestisius karena ada kaitannya sama nilai sejarah.

Soalnya, pernah di suatu forum kolektor, ada satu orang yang memutar piringan hitam Rolling Stones cetakan tahun 1960-an yang secara presisi terdapat penanda soal siapa yang menjadi operator cetaknya waktu itu. Seni cetak si operator itu ternyata juga punya nilai jual.

Sebelum sampai pada rasa penasaran saya soal cetakan pertama di luar alasan bukti sejarah otentik, harga piringan hitam kategori itu bisa ratusan dolar kalau di Ebay. Ini artinya harga tersebut bisa jadi jutaan kalau dikurskan ke rupiah.

Eh tetapi itu baru yang "first pressing". Ternyata, justru vinyl "test pressing" harganya enggak kalah keterlaluan. Misalnya "test pressing" satu lagu doang dari Oasis, Wonderwall yang dibanderol 2.000 dolar atau kira-kira ya Rp 26 juta. Ini kita belum ngomongin vinyl-vinyl bersejarah yang harganya bisa ratusan juta loh ya. Yang satu ini beda topik. Hehehe.

Kembali ke kenapa kok "first pressing" apalagi "test pressing" bisa sebegitu "saktinya"? Saya pun mencoba beberapa piringan hitam "first pressing" untuk tahu kenapa. Rupanya, kualitas suaranya pun bisa jauh berbeda dari produksi massal non-first pressing.

Secara awam, saya cuma bisa bilang kalau konten dari suara yang keluar itu bisa besar banget. Detail-detail dari lagu yang terdengar bisa makin terasa. Entah itu bunyi tamborin, bunyi berkenyit per pedal drum, dan sensasi suara ruangan yang justru bikin vinyl itu menarik karena rasanya band yang sama lagi main di depan kita.

Mungkin karena cetakan logam pertama lebih presisi, makanya suaranya bisa sebegitu besar. Kalau sudah cetakan berikutnya, biasanya mungkin cuma ambil cetakan berdasarkan vinyl hasil produksi massal, lalu dibuatkan lagi masternya.

Intinya, enggak nyangka aja sih. Sesuatu yang simpel karena cetakan pertama dari piringan hitam, dalam sekian waktu kemudian malah menjadi benda otentik yang penting.

 

Penulis: Wahyu Harjanto

Editor: Fik

 


Photography By : Dokumentasi Kokerekayu

TAGGED :
Please wait...