The Panturas membawa musik surf rock khas mereka menembus batas negara lewat Tur Asia 2025. Band asal Jatinangor ini akan mengunjungi enam negara dalam rangkaian tur dua minggu, sebelum menutupnya dengan tiga penampilan spesial di Fuji Rock Festival, Jepang, salah satu festival musik paling prestisius di dunia.
Tur ini diawali di Singapura pada 12 Juli, dilanjutkan ke Malaysia (13 Juli), Thailand (18 Juli), Filipina (19 Juli), Taiwan (20 Juli), dan kemudian Jepang dengan tampil di tiga panggung berbeda Fuji Rock Festival pada 24-26 Juli 2025.
Bagi The Panturas, tur ini bukan hanya menjadi ajang unjuk gigi, tetapi juga misi untuk memperluas jangkauan musik mereka secara internasional. “Kami pengen karya ini nyebrang batas negara, kayak tur kami nanti,” ujar Bagus Patria alias Gogon, sang bassist.
Menjelang tur Asia mereka, The Panturas merilis maxi-single terbaru berjudul Knights of Jahannam / Soma Gospel pada 11 Juli 2025 di bawah label mandiri Los Panturas Records. Rilisan ini berisi dua lagu baru yang menurut drummer Surya Fikri alias Kuya, lahir dari proses workshop intens dan menjadi “laboratorium eksplorasi” musik baru bagi band ini.
“Lagu-lagu ini kayak pengingat tentang akhir. Tentang kiamat, teman-teman. Ingatlah tentang kiamat,” kata Abyan Zaki alias Acin menambahkan soal inspirasi lirik yang berangkat dari pengalaman spiritual dan kekacauan kolektif beberapa tahun terakhir.
Meski maxi-single tersebut menjadi penanda era baru The Panturas secara musikal, fokus utama mereka saat ini adalah Tur Asia 2025. Acin mengaku penasaran dengan skena musik di Filipina dan Taiwan yang menurutnya dinamis, serta membuka peluang kolaborasi ke depannya. “Kami pengen ketemu teman-teman musisi di sana, belajar, dan ngebuka kemungkinan kolaborasi,” ujarnya.
The Panturas yang diperkuat oleh Surya Fikri (drum), Bagus Patria (bass), Abyan Zaki (gitar, vokal), dan Rizal Taufik (gitar) dikenal dengan gaya surf rock berbalut nuansa Sunda yang kaya, namun di rilisan baru ini mereka menambahkan lirik berbahasa Inggris dan sentuhan reggae 70-an dalam komposisi progresif yang tetap menyisakan ciri khas mereka.
Tur Asia ini menandai langkah besar The Panturas menuju panggung global, membawa semangat musik independen Indonesia ke telinga audiens internasional dan membuktikan bahwa mereka bukan sekadar band nostalgia, melainkan kelompok kreatif yang berani terus bereksperimen.