CLASIFIED CULTURE | JOURNEY | 17 Agustus 2019

Tiada Senjakala Bagi Kedai Kopi Kekinian

Tren kedai kopi susu kekinian nampaknya masih akan terus berlanjut panjang.

Tren kedai kopi susu kekinian nampaknya masih akan terus berlanjut panjang. Ada alasan utama yang menyebabkan industri kuliner ini bisa bertahan di tengah selera pasar, yang secara historis, cepat berubah.

Indonesia telah melewati pasang surut industri kuliner. Jika kita ingat kembali, sempat ada tren kuliner 711 pada 2009 hingga medio 2017 lalu. Tren yang merefleksikan budaya pop ini terpaksa menyerah karena, jika harus jujur, masyarakat memang tidak membutuhkan 711. 

Selain 711, kita juga menjadi saksi adanya booming berbagai macam kuliner seperti es kepal milo, mie instan super pedas, pisang nugget, dsb. Di antara contoh tadi, es kepal milo setali tiga uang dengan 711. Sedangkan kehadiran mie instan super pedas atau pisang nugget memang masih ada, hanya saja tidak cukup merefleksikan budaya pop kebanyakan orang. 

Kedai kopi susu kekinian setidaknya sampai saat ini merupakan salah satu refleksi budaya pop kuliner yang masih bertahan. Tren minuman ini bermula pada 2017 dan terus berkembang hingga sekarang. 

Sebut saja kedai kopi susu kekinian yang kini menjadi nama besar seperti Kopi Tuku, Kopi Di Bawah Tangga, dan Kopi Janji Jiwa. 

Industri ini bisa bertahan selama 2 tahun lebih bukan tanpa alasan. Semua pasti sepakat bahwa kedai kopi susu kekinian telah menjadi budaya pop seperti 711, dll pada masanya. Yang membedakan adalah bahan dasar yang dijual sudah lebih dulu punya penikmat dalam jumlah besar, yakni tentu saja kopi. 

Sebelum ada kedai kopi susu kekinian saja, kopi telah mejadi budaya pop yang terbukti bertahan melewati arus jaman. Contohnya Starbucks, Maxx Coffee, dan Coffee Bean. Mereka telah menjadi budaya pop dengan pangsa pasar anak muda dan profesional. 

Pelaku industri kedai kopi susu kemudian mengambil pasar yang sama ditambah ceruk pasar baru. Yakni penikmat kopi yang enggan membayar secangkir kopi, semahal yang ditawarkan oleh Starbucks dkk-nya.

Ditambah dengan resep baru yang dijadikan menu utama dan juga tak dimiliki oleh kedai kopi modern, yakni kopi susu gula aren. Menu ini terbukti diterima pasar. 

Kopi Janji Jiwa bahkan berhasil menerapkan kemitraan/franchise bagi calon investor. Kini di Jakarta saja, kedai kopi Janji Jiwa sudah berjumlah 100 kedai lebih. Kopi Kenangan saat ini juga telah memiliki puluhan kedai tersebar di Jakarta. 

Angka ini menjadi bukti kuat bahwa budaya pop kedai kopi susu kekinian sulit digerus zaman. Ada hal besar yang harus dilawan jika budaya ini harus mati. Yakni hilangnya penikmat kopi. 

Jika melihat fakta sejarah, rasanya tidak mungkin menggerus jumlah penikmat minuman yang bahan bakunya saja sudah menjadi komoditas rebutan skala internasional.

 

Penulis: Falih Noor

Editor: Fik


Photography By : Istimewa

TAGGED :
Please wait...