Coba sebutin berapa coffee shop yang pernah lo kunjungi selama ini? Atau mungkin sebutin minuman kekinian apa yang pernah lo coba? Pasti lebih dari tiga, bukan?
Sebenarnya, dari jawaban-jawaban itu sudah terlihat bagaimana bisnis minuman kekinian ini memang nggak ada habisnya. Bulan ini keluar apa, selanjutnya ada apa lagi. Satu yang menarik adalah bisnisnya sejenis tapi tetap laris di pasaran, sebut saja kopi susu dan boba.
Siapa saja pasti familiar dengan kopi susu. Salah satu jenis minuman kekinian yang masih laku dan nggak ada habisnya. Kopi susu mulai booming di tahun 2016, dan hingga sekarang menjadi salah satu jenis minuman yang nggak bisa lepas dari anak muda di Indonesia.
Ini dibuktikan dengan banyaknya brand kopi susu kekinian di pasaran yang selalu bertambah. Tidak hanya membuka dalam bentuk kedai kecildi mal, ketenaran minuman racikan espresso, susu, dan gula aren ini dibuktikan dengan menjamurnya coffee shop di beberapa kota. Menurut yang dituliskan dalam Tirto Agustus 2019, jumlah coffee shop di Indonesia mencapai lebih dari 2.950 gerai. Wihhh!
Awal Mula Munculnya Kopi Susu
Pernah nggak sih,lo penasaran bagaimana asal usul kopi susu itu? Seperti makanan dan minuman lainnya, kopi susu bukanlah sebuah minuman kekinian yang tiba-tiba muncul dan langsung booming. Ada dua perspektif yang bisa kita amati. Pertama melihat budaya Italia. Singkatnya, pada abad 17, di Italia sudah mulai lahir budaya latte. Tentunya budaya ini terus berkembang hingga sekarang.
Tapi beda lagi dengan budaya orang Indonesia. Pada dasarnya, orang-orang Indonesia sudah mulai menikmati kopi susu sejak puluhan tahun lalu. Cara penyajiannya yang cukup mudah, sajikan di cangkir atau gelas blimbing, dan banyak dijual di pasar-pasar tradisional pada masa itu.
Berbicara tentang komposisinya juga tidak ribet, dengan kopi hitam yang selalu menjadi pemeran utamanya. Menariknya, biasanya dalam proses pembuatan kopi hitam nggak langsung disangrai. Namun, kopi hitam seringkali disangrai bersamaan dengan beras atau jagung. Lalu, tidak lupa menambahkan gula dan kental manis.
Berawal dari situ, resep kopi susu ini terus berkembang dan dibawa hingga sekarang. Hanya saja untuk tren kopi kekinian saat ini ada sedikit pembedanya. Kalau dulu orang-orang penikmat dan pembuat kopi susu menggunakan kental manis, saat ini hampir tidak ada yang menggunakannya. Mereka lebih memilih untuk menggukan susu sapi atau susu UHT.
Begitupun dengan gulanya. Kalau dulu, orang-orang mengenal gula pasir yang mudah larut. Nah, kalau di kopi susu kekinian trennya sekarang pakai gula aren. Tentunya rasa yang diberikan akan lebih ringan dan lebih sehat dibandingkan dengan gula pasir.
Tidak hanya perbedaan pada resep kopi kekinian, namun juga pada tren menikmati kopi susunya. Di zaman dulu, siapa saja bisa menikmati kopi susu dengan mudah. Bahkan, kedai kopi pada saat itu tumbuh secara “organik” di tempat-tempat keramaian, seperti pasar dan terminal. Siapa saja dapat membeli dengan mudah untuk mengisi tenaganya saat itu. Di lain sisi, kopi susu kekinian lahir berkat adanya momen. Salah satu bumbu dalam naiknya kedai kopi susu kekinian saat itu adalah Presiden Joko Widodo pada tahun 2017.
Kedatangan Jokowi ke salah satu pioner tren kopi susu di Jakarta, Kopi Tuku, menjadikan masyarakat mulai berlomba-lomba untuk memulai bisnis kedai kopi. Bahkan, pertumbuhannya juga nggak main-main. Dibandingkan tahun 2016 yang hanya sekitar seribu gerai, di tahun 2019 ada peningkatan hingga tiga kali lipatnya, lho.
Bubble Tea: Teh Susu yang Nggak Kalah Dari Kopi Susu
Kalau lo kenal kopi susu, pastinya juga untuk bubble tea. Minuman kekinian yang terdiri dari racikan teh susu dan boba yang eksis sejak 20 tahun lalu di Taiwan. Munculnya boba juga dipelopori oleh salah satu pemilik toko teh, Liu Han Chien. Bermula dari eksperimen, ternyata boba ini tetap eksis dan hadir hingga sekarang.
Salah satu brand boba yang cukup terkenal dari Taiwan, Quicklu membuka gerai pertamanya di Indonesia pada tahun 2001, di Plaza Indonesia. Dengan salah satu rasa yang dikenal the best-nya bagi para pecinta boba, yaitu Taro Milk Tea.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 2010-2014, mulailah banyak brand milk tea yang masuk ke Indonesia. Sebut saja Chatime, KOI, Xing Fu Tang, dan masih banyak lagi. Tidak jarang, ada yang rela antre demi mendapatkan minuman kekininan yang satu ini.
Tanpa disadari, tren minuman boba ini sudah berjalan hingga hampir tiga puluh tahun. Menariknya adalah, mereka tidak langsung hilang dan justru semakin berkembang. Beberapa hal yang membuat minuman ini bertahan adalah dari rasa dan inovasi yang diberikan.
Lo, sebagai generasi milenial, secara nggak langsung sudah diajak untuk menjadi “sahabat” si boba. Caranya dengan berinovasi dan masuk ke dalam gaya hidup kalian. Salah satu inovasi yang dilakukan misalnya dengan menciptakan visual bubble tea yang instagramable.
Tidak hanya dari bentuk cup atau beberapa permainan warna dalam minumannya, namun juga dari jenis minuman yang dikeluarkan. Misalnya, tren bubble tea yang bersatu dengan gula aren yang seakan jatuh mengalir di setiap pinggiran gelas. Perpaduan warna hitam dari boba, cokelat dari gula aren dan milk tea yang berwarna terang akan langsung menarik perhatian.
Ibaratnya nih, selain lebih sehat karena memakai gula aren, tentunya visualnya juga tidak kalah penting. Semakin menarik, semakin banyak yang tertarik, dan menjadi tren di media sosial dan kalangan masyarakat.
Bisnis yang (Boleh Jadi) Menjanjikan
Sekarang saatnya kita hitung-hitungan tentang keuntungan bisnis yang satu ini. Kita ambil contoh prospek dari menjual minuman kekinian kopi susu. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Toffin Indonesia, nilai pasar bisnis kedai kopi di Indonesia diperkirakan mencapai Rp4,8 triliun pertahunnya.
Sesuai dengan hasil perhitungan dalam survei tersebut, angka ini didapatkan dari perhitungan jumlah coffee shop yang ada. Diasumsikan, penjualan rata-rata setiap gerai dalam sehari adalah 200 gelas. Setiap gelasnya dihargai Rp22.000. Namun, angka tersebut bisa saja jauh lebih besar karena hasil yang dikeluarkan hanya meliputi beberapa coffee shop yang tersebar di kota-kota besar.
Lantas, bagaimana dengan modal yang harus disiapkan? Berbicara besar kecilnya modal itu sebenarnya relatif. Semua bergantung pada tujuanmu membuat bisnis. Apakah itu coffee shop yang memang besar, atau dibuat dengan model kecil seperti di mal namun mengutamakan kualitas rasanya?
Dikutip dalam CNBC, sebenarnya untuk modal minuman cup seperti kopi susu kekinian tidaklah begitu besar. Dalam artian, dengan menyiapkan modal sekitar Rp100 juta hingga Rp150 juta kamu sudah dapat menciptkan brand kopi susu kekinianmu.
Berbicara tentang omzet, sebenarnya juga cukup menggiyurkan. Dalam sebulan, dengan harga per-cup sekitar Rp20ribu hingga Rp25ribu, kamu bisa mendapatkan omzet rata-rata hingga Rp20 juta per bulan.
Bagaimana, sangat menggiurkan bukan? Minuman kekinian, baik itu kopi susu maupun boba bisa jadi ide bisnis yang cukup menjanjikan.